Sabtu, 16 Januari 2010

Mengapa ada DUKA ? jika BAHAGIA tercipta ?

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan..

“katakanlah tidak akan pernah ada satu musibah yang menimpa kita kecuali telah Allah tetapkan pada kita dan kepada Allah jualah orang-orang beriman bertawaqal” (Q.S At taubah: 51)

Orang yang bahagia bukan berarti hanya siap menerima yang enak-enak, tapi juga yang eneg-eneg. Kalau yang enak sudah jelas banyak orang yang siap menerimanya, tapi yang pahit itu belum tentu. Padahal keduanya selalu mengiringi perjalanan hidup kita. Terkadang kita tertawa, terkadang kita menangis.

“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)” (Q.S Ali Imran: 140)

Hidup ini terkadang tidak bisa memilih. Kita tidak bisa menghindar dari bagian pahit dari kehidupan. Terkadang kita terluka, menderita, atau menangis. Sebagian mendapatkan musibah yang lebih besar dari orang lain. Ada yang harus kehilangan harta, ada yang harus kehilangan orang tercinta dan bahkan ada yang harus kehilangan anggota badan, itu semua adalah bagian pahit yang harus kita terima sebagaimana kita menerima bagian yang manis dalam hidup kita.

Berbahagialah orang yang tetap tabah menghadapi berbagai musibah. Mereka adalah orang-orang yang pemberani. Orang yang pemberani bukanlah orang yang berani disaat lapang akan tetapi disaat sempit, orang yang tegar si saat susah. Marilah kita persiapkan diri untuk menjadi bagian dari orang-orang yang pemberani. Caranya, hadapilah resiko kehidupan ini dengan senyuman. Senyum yang datang dari sikap bersabar dab bersyukur menerima Allah SWT.

Tidak ada satu pun penciptaan dan kejadain di dunia ini yang sia-sia. Bukan tanpa alasan Allah SWT memberikan kita aneka ragam musibah. Meskipun terkadang ada yang seketika kita dapat langsung mengambil hikmah di balik musibah tersebut, namun terkadang kita juga kita belum memahami alasan Allah memberikan duka.

Renungkanlah ada beberapa alasan mengapa Allah memberikan musibah kepada kita :

1.AGAR SADAR BAHWA KITA ADALAH MANUSIA

Dengan adanya rasa sakit, semoga kita semua sadar betul bahwa daya tahan manusia itu terbatas. Setinggi-tinggi apapun keinginan kita, sewaktu-waktu kita harus menyadari bahwa banyak hal yang tidak bisa ditolak oleh manusia.

Orang yang berjiwa positif akan berfikir sifat manusia yang lemah. Serba terbatas, serba kekurangan, dan butuh bantuan orang lain. Hatinya akan semakin halus dan tabah. Ia akan semakin tunduk pada kekuasaan Allah. Sikap sombong, takaburpun akan sirna.

2.UJI KETABAHAN BAGI KITA

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S Al Baqarah: 155)

Akhir sesungguhnya dari kehidupan kita bukanlah di dunia, tapi di akhirat. Itulah balasan yang sesungguhnya bagi kita. Jadi manakala kita mengahadapi berbagai musibah, tetaplah kukuh. Jadikanlah dirimu setegar batu karang. Karena Allah tengah mempersipakan bebagai ganjaran penghargaan atas ketabahanmu.

“..Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”(Q.S Az zumar:10)

Seiring yang membuat hidup ini terasa sulit adalah pikiran dan perasaan kita sendiri. Bukan orang lain juga bukan keadaan kita. Tengoklah ke sekeliling kita, betapa banyak orang yang masih bisa tersenyum walau didera berbagai kesusahan.

Seorang ulama member petuah “kesabaran lebih tinggi daripada akal.””Mengapa demikian?” Tanya orang-orang kepadanya. “Karena Allah menamakan diriNya dengan al-Halim (yang maha sabar) dan tidak menamakannya sebagai al-Aqil (yang beraqal).”

Maka, jangan iri hati pada mereka berbahagia saat diberi kenimatan, tapi cemburuilah orang-orang yang tetap kuat saat menghadapi kesulitan.

3.SEBAGAI PELAJARAN

Tidaklah Allah menciptakan kegagalan dan musibah melainkan ada hikmahnya. Dalam setiap musibah ada pelajaran yang bisa kita petik; baik untuk perbaikan di masa mendatang maupun untuk bisa hindari kelak.

4.MENGHAPUS KESALAHAN

Jangan terlalu bersedih saat duka mendera. Tetaplah bersabar. Pada saat itu diam-diam Allah telah mengahapus segala kesalahan-kesalahan kita. Andai kepedihan hati itu kita balas dengan keteguhan hati, maka berguguranlah dosa-dosa masa lalu.

5.MENAIKKAN PERINGKAT KITA

Kupu-kupu yang cantik, indah dan memukau awalnya hanyalah seekor ulat yang menjijikan yang banyak tidak disukai oleh manusia, namun setelah 21 hari ulat tersebut berubah menjadi kupu-kupu yang cantik nan indah, siapapun yang melihatnya terkagum-kagum.

Kita belum akan menjadi orang yang benar-benar kuat sebelum melewati berbagai ujian. Begitulah cara Allah mengokohkan prestasi kita. Allah menaikan peringkat kita dengan memberikan berbagai ujian.

Wallahu alam.

Penulis :
Teh Irma Fatmawati
- Team HomePI -

Sumber : http://www.percikaniman.org/detail_artikel.php?cPub=Hits&cID=535

Jumat, 08 Januari 2010

Pakaian yang Diharamkan Syariat

Oleh: Asy Syaikh Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin (khutbah Jum’at)

Wahai kaum muslimin ! …

Diantara pakaian yang diharamkan adalah pakaian yang sekarang telah terkenal dan tersebar yaitu pakaian yang ada gambar (makhluk bernyawa), karena pernah Aisyah -Radhiyallahu’anha- membeli namruqah. Namruqah adalah bantal atau sarung bantal yang ada gambar-gambar (makhluk bernyawa), kemudian Nabi Shalallahu’alai wasallam datang, ketika beliau melihatnya beliau berdiri didepan pintu dan tidak mau masuk. kata Aisyah : “Aku melihat ketidak senangan diwajah beliau”, maka aku katakan : “Wahai Rasulullah saya kembali kepada Allah dan rasulnya, apa salah saya ?”. Maka Rasulullah Shalallahu’alai wasallam bersabda : “Kenapa ada namruqah ini ?”, maka aku jawab : “Aku membelinya untukmu agar engkau pakai duduk diatasnya dan berbantalkan dengannya”. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya pembuat gambar ini disiksa pada hari kiamat dengan dikatakan kepada mereka hidupkanlah apa yang kamu ciptakan, kemudian beliau bersabda :

إن البيت الذي فيه الصور لا تدخله الملائكة
“Rumah yang ada gambarnya, maka malaikat tidak akan memasukinya. (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Wahai kaum muslimin !…

Sesungguhnya hadits ini termasuk diantara hadits yang paling shahih yang datang dari Nabi Shalallahu’alai wasallam, dan kalian telah mendengarnya bahwa nabi Shalallahu’alai wasallam berdiri didepan pintu dan tidak mau masuk karena dirumah ada sarung bantal yang bergambar dan tampak ketidak sukaan itu pada raut wajah beliau Shalallahu’alai wasallam sehingga ummul mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘anha menyatakan taubat karena apa yang dia lihat pada wajah Rasulullah Shalallahu’alai wasallam .

Wahai kaum muslimin ! …

Kalau hal tersebut terjadi pada sarung bantal padahal sarung bantal itu terpisah dari tubuh maka bagaimana pandangan kalian tentang gambar yang ada pada pakaian-pakaian ? bagaimana pendapat kalian tentang gambar tersebut jika gambar itu adalah gambar seorang pemimpin kafir atau seorang pemimpin kejahatan atau gambar seorang fasik atau seorang kafir ? apa pendapat kalian apabila gambar ini ada pada pakaian kita , pakaian keluarga kita dan pakaian anak kita ?

Wahai kaum muslimin !…

Sungguh aku heran akan matinya raca cemburu kalian terhadap batasan ini sampai tidak membedakan antara yang merugikan dan yang bermanfaat, antara yang haram dan yang mubah. Aku sangat heran bagaimana kita membiarkan hal ini semakin membesar dijaman yang sebentar ini. Dan kita – Alhamdulillah –Kitabullah (Al Qur’an) dan sunnah RasulNya Shalallahu’alai wasallam ada bersama kita dan bersama kita pula para ulama yang memfatwakan kepada kita hal tersebut. Dan menjelaskan kepada kita hukum Allah dan Rasul Nya

Maka aku katakan : Wahai kaum muslimin !…

Sungguh yang wajib bagi kita adalah memutus peredaran pakaian ini, hendaknya kita memutusnya dengan sesempurna mungkin dan untuk tidak membelinya satupun karena jual belinya itu adalah haram, memakainya juga haram, merasa ridha dengannya adalah haram, mencatat jual belinya juga haram, Karena Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (Al Maidah : 2)

Dan Nabi Shalallahu’alai wasallam bersabda :
Sesungguhnya jika Allah mengharamkan sesuatu maka juga mengharamkan harganya.

Wahai kaum muslimin,

Sesungguhnya musuh-musuh islam mendatangkan kepada kita hal-hal semacam ini, sungguh mereka mendatangkan kepada kita dengan peperangan di segala penjuru dan menyerang kita dari segala arah. Mereka taruh gambar-gambar ini pada pakaian sehingga disebagian kain ada gambar hewan yang besar maupun yang kecil terkadang dengan warna-warni dan terkadang dengan menaruh potongan kain atau sablonan bergambar hewan. Dan membuat hiasan yang berbwntuk kupu-kupu atau ikan, singa dan ular dan lainnya yang bergambar binatang atau gambar laki-laki, gambar wanita. Semuanya ini diantara kita ada yang memakainya sehingga dia memilih supaya malaikat meninggalkan rumahnya meninggalkan dirinya. Musuh-mush kita telah banyak mempengaruhi kita dalam hal ini agar kita merendahkan perintah Allah dan Rasun-Nya dan agar kita melupakan perintah Allah dan Rasul-Nya dan agar kita meremehkan perintah Allah dan Rasul-Nya.

Sungguh aku katakan dan aku ulangi bahwa memakai gambar-gambar tersebut atau pakaian yang ada gambar-gambarnya adalah haram dan menjual belikannya adalah haram karena hal itu merupakan tolong menolong diatas dosa dan pelanggaran. Dan sunggub Allah Ta’ala telah berfirman : ……..

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (2)

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Al Maidah : 2)

Dan sebagaimana tidak boleh seorang muslim memakai gambar atau apa yang bergambar. Dia juga tidak boleh memakaikannya pada bayi kecilnya baik laki-laki maupun perempuan. Dan sungguh para ulama telah mengatakan diantaranya ulama hanabilah : diharamkan memakaikan pada anak kecil apa yang diharamkan atas orang dewasa.

Dan kesimpulan dari ini semua … wahai kaum muslimin :

Bila sekarang ini ada pada manusia sesuatu dari pakaian–pakaian tersebut atau berupa perhiasan yang ada padanya gambar binatang maka hendaklah dia memotong kepalanya adapun jika terdapat pada kain, jika berupa tempelan merekat maka dengan mencopotnya atau mencabut bagian kepalanya. Dan bila berupa goresan-goresan dengan warna, maka berilah pada bagian kepala warna yang bisa menghapusnya.

Dalam shahih Muslim Abi Al Hayyaj al asady bahwa Ali bin Abi tholib berkata kepadanya : maukah engkau aku utus seperti dulu Rasulullah Shalallahu’alai wasallam mengutusku : Jangan engkau biarkan satu patungpun kecuali engkau ratakan dan jangan engkau biarkan satu gambarpun kecuali engkau hapus. Dan jangan biarkan kubur yang ditinggikan kecuali engkau ratakan.

Ini bila dinisbahkan kepada apa yang kita beli dan kita miliki, adapun yang tidak kita beli, maka solusi dari hal itu hendaklah kita putus peredarannya dengan sebenar-benarnya dan kita tidak membeli serta kita peringatkan saudara-saudara dan sahabat-sahabat kita dari membelinya. sehingga diketahui oleh orang-orang kafir yang mendatangkan barang-barang itu kepada kita atau orang-orang islam yang belum mengetahui. Bila mereka tahu bahwa hal itu telah diputus (diboikot) oleh kaum muslimin yaitu orang – orang yang takut kepada Allah dan bertaqwa kepadaNya, maka mereka tidak akan mendatangkannya setelah itu atau mereka tidak akan mendatangkannya kecuali dalam jumlah sedikit sehingga berhentilah perkaranya. Kita memohon kepada Allah agar menjaga kita dan kalian dari kejelekan makhluk-Nya.

Akan tetapi telah terjadi bahwa pakaian-pakaian ini telah memenuhi pasar-pasar kita, lalu bagaimana tindakan kita ?!, Maka jawaban akan hal tersebut adalah kita katakan ; sebagaimana pakaian siap pakai memenuhi pasaran, segala puji milik Allah sungguh telah memenuhi pula pakaian-pakaian belum siap pakai yang memungkinkan seseorang membeli apa yang diinginkan berupa sepotong kain kemudian menyerahkannya kepada tukang jahit dan betapa banyak tukang jahit ada disekitar kita.

Wahai kaum muslimin,

Sesungguhnya Allah tidak akan menurunkan sebuah penyakit kecuali pasti menurunkan obatnya. Akan tetapi inti semua itu adalah pada jujurnya tekad, benarnya niat dan kuatnya iman. Dan pada keberanian dan pada mengalahkan nafsu yang memerintah kepada kejelekan. Maka barang siapa yang jiwa (nafsu) mutmainnahnya mampu mengalahkan nafsu “amarotumbissu’nya ” (yang memerintah kejelekan), sungguh dia selamat. Dan sebaliknya siapa yang nafsu amarotumbissu’nya mengalahkan nafsun mutmainnahnya sungguh celaka. Dengarkanlah firman Allah Ta’ala :

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي

Hai jiwa yang tenang.
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho lagi diridhoi-Nya.
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,
Masuklah ke dalam syurga-Ku.

Apakah kalian ingin termasuk orang yang diajak bicara dengan kalimat-kalimat dalam ayat ini ataukah ingin termasuk orang yang diajak bicara dengan selain itu. Tentu kalian tidak menginginkan kecuali menjadi orang yang diajak bicara dalam ayat ini :

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28)
Hai jiwa yang tenang.
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho lagi diridhoi-Nya.

Wallahu a’alam.
Bersambung tulisan ke-3 insyaAllah
(Diterjemahkan oleh Al Ustadz Muhammad Ar Rifai)

http://darussalaf.org/stories.php?id=538

Oleh: Asy Syaikh Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin (khutbah Jum’at)

Ayyuhal Muslimun
Termasuk pakaian yang diharamkan yang khusus diharamkan bagi laki-laki adalah pakaian yang melebihi mata kaki baik celana, baju, musdah atau yang lainnya, berdasarkan sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam :

ما أسفل الكعبين من الإزار ففي النار .
Apa-apa yang dibawah mata kaki dari kain penutup badan (seperti sarung) maka tempatnya di neraka. (HR. Al Bukhari)

Dan berkata Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma ;

ما قال رسول الله صلى الله عليه و سلم في الإزار فهو في القميص
“Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam tidak mengatakan pada sarung kecuali berlaku pada qamis ( baju )”

Maka tidak halal bagi laki-laki menurunkan sedikit saja dari pakaiannya dibawah mata kaki karena Nabi mengancam hal itu dengan neraka. Dan tidaklah terancam dengan neraka kecuali atas perbuatan yang haram, bahkan tidak terancam dengan siksa neraka kecuali atas perkara yang merupakan dosa besar.

Sungguh sebagian manusia menyangka bahwa hadits ini bagi orang yang menurunkan pakaiannya karena huyala’ (sombong). Sementara huyala’ adalah manakala seseorang menghayalkan dirinya berada pada kedudukan yang tinggi, merasa besar diri (angkuh) dan bangga diri (ujub). Aku katakan : sebagian orang menyangka bahwa hadits ini tentang orang yang menurunkan pakiannya karena huyala karena Nabi Shalallahu’alaihi wasallam bersabda :
من جر ثوبه خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة .

Barang siapa yang menurunkan bajunya karena khuyala maka Allah tidak akan memandangnya di yaumul qiyamah. (HR. Ahmad. Dishahihkan As Syaikh Al Albani di Shahihul Jami’ no.hadits 6188)

Maka orang yang menyangka demikian membawa yang muthlaq (umum) tersebut kepada yang muqayyad (terbatas), namun sangkaan ini tidak benar (Dengan alasan. Pent):

PERTAMA : Bahwa Nabi Shalallahu’alaihi wasallam memisahkan/membedakan antara keduanya pada satu hadits yang diriwayatkan oleh Malik, Abu Daud, dan An Nasa’i dengan sanad yang shahih dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu’anhu berkata : Aku mendengar Nabi Shalallahu’alaihi wasallam bersabda :

ــ إزرة المؤمن إلى نصف الساق و لا جناح عليه فيما بينه و بين الكعبين ما كان أسفل من الكعبين فهو في النار من جر إزاره بطرا لم ينظر الله إليه يوم القيامة .

“Sarung seorang mukmin sampai setengah betis, dan tidaklah mengapa kalau diantara pertengahan betis dengan mata kakinya dan yang dibawah mata kaki maka dineraka. Dan barang siapa yang menjulurkan sarungnya karena sombong maka Allah tidak akan melihatnya di hari kiamat.” ( Hadits Shahih lihat Shahih Al Jami’ no hadits 921)

Maka pada hadits tersebut Nabi Shalallahu’alaihi Wasallam membagi pakaian menjadi 4 macam :

Pertama : Sampai pertengahan betis dan ini adalah sarungnya seorang mukmin (yang afdhol. Pent.)

Kedua : Boleh, yaitu diantara tengah betis dengan mata kaki, maka ini boleh. Dan ini termasuk amalan shahabat radhiyallahu ‘ahum, sebagaimana Abu Bakar radhiyallahu’anhu berkata : salah satu ujung sarungku tergerai sehingga aku senantiasa menjaganya. Ini menunjukkan bahwa sarungnya Abu Bakar dibawah tengah betis yakni turun dari itu karena kalau tidak seperti itu niscaya apabila (turun sampai) menyetuh tanah pasti akan terbuka auratnya, dan hal ini adalah suatu yang mustahil.

Ketiga : Nabi Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda :
ما كان أسفل من الكعبين فهو في النار
“Kain yang dibawah mata kaki maka dineraka.” (HR. Al Bukhari)

Keempat : Nabi Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda :

من جر إزاره بطرا لم ينظر الله إليه يوم القيامة
“Dan barang siapa yang menjulurkan sarungnya karena sombong maka Allah tidak akan melihatnya di hari kiamat”

Maka Nabi Shalallahu’alaihi wasallam membedakan antara dua bagian ini. Membedakan keduanya dengan adanya dua bentuk ancaman (yang berbeda sebagaimana tersebut diatas. Pent.)

Adapun KEDUA : bahwasannya ancaman pada dua hadits ini berbeda dan sebabnya berbeda adalah
- ancaman bagi yang menjulurkan sarungnya dengan huyala (sombong) bahwa Allah tidak akan melihatnya,
- sedangkan ancaman bagi yang menurunkannya melebihi mata kaki adalah ia di neraka, maka siksaan pada perkara ini adalah merupakan juz’iyyah (satu bagian) sedangkan hukuman bagi yang pertama yaitu Allah tidak akan melihatnya, ini adalah lebih besar dari siksa bagian dari tubuhnya dengan neraka.

Adapun sebabnya berbeda juga yang satu menurunkannya dibawah mata kaki sedangkan yang kedua menjulurkannya dengan huyala’ dan ini lebih besar (dosanya) oleh karena itu siksanya lebih besar. Sungguh ulama ushul fiqih berkata :

انه إذا اختلف السبب و الحكم في الدليلين لا يحمل أحدهما على الأخر
Jika berbeda sebab dan hukum pada dua dalil maka yang satu tidak dibawa kepada pengertian yang lainnya. (artinya harus pula dibedakan penetapan hukum dari masing-masingnya. Pent.)

Atas dasar ini maka tidak halal bagi laki-laki untuk menurunkan sedikitpun dari pakaiannya dibawah mata kaki, baik berupa celana atau baju atau misdah ataupun yang lainnya. Jika ia melakukannya maka balasannya akan diadzab bagian yang turun itu dengan neraka.

Dan juga tidak halal sedikitpun baginya untuk menjulurkan pakaiannya dengan Khuyala’ (sombong), jika ia lakukan maka balasannya adalah Allah tidak akan melihatnya di hari kiamat. Bahkan dishahih Muslim dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shalallahu’alaihi wasallam bersabda :

ــ ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامة و لا ينظر إليهم و لا يزكيهم و لهم عذاب أليم :

“Ada tiga golongan yang Allah tidak mengajak mereka bicara di hari kiamat, dan tidak mau melihat mereka dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka adzab yang pedih”.
(beliau shalallahu’alaihi wassallam mengulangnya tiga kali, karena merupakan permasalahan besar dan agar berhati-hati orang yang mendengarnya)

Maka berkatalah Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu : sungguh celaka dan merugi mereka ini, siapakah mereka wahai Rasulullah ? jawab beliau :

المسبل إزاره و المنان الذي لا يعطي شيئا إلا منه و المنفق سلعته بالحلف الكاذب .

Musbil sarungnya (laki-laki yang menjulurkan kainnya sampai dibawah mata kaki), Al mannan yaitu orang yang tidak memberi sesuatu kecuali menyebut nyebut pemberian itu dan orang yang menawarkan barang dagangannya dengan sumpah palsu. (HR. Muslim dan Ahmad. Dishahihkan Syaikh Al Albany di Shahih Al Jami’ no.hadits 3067)

Ada seorang pemuda dari anshor masuk menemui Umar Ibnul Khatthab – Radhiyallahu’anhu – memujinya dihadapan manusia pada hari dia ditusuk, ketika pemuda itu hendak pergi ternyata sarungya menyentuh tanah, maka Umar berkata : panggil kembali pemuda itu maka mereka memanggilnya kembali menghadap Umar. Beliau berkata : wahai anak saudaraku naikkan pakaianmu, karena hal itu akan membuat pakaianmu lebih awet dan lebih bertaqwa kepada Rabbmu. Sungguh baik sekali ucapan Umar Ibnul Khattab – radhiyallahu’anhu-. Disini beliau menyebutkan dua faedah besar dalam hal menaikkan pakaian :

Pertama : pakaian menjadi awet karena bagian bawahnya tidak mengenai tanah
Kedua : bertaqwa kepada Allah Azza wa jalla,
وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ
Pakaian takwa itulah yang paling baik. ( Al A’raf : 26)

Kadang orang awam berkata : saya tidak peduli bagian bawah pakaian saya menyentuh tanah. Maka jawabannya kita katakan : jika kamu tak peduli hal itu maka apakah kamu juga tidak peduli jika kamu menyepelekan taqwa kepada Allah Ta’ala dan kamu pergunakan nikmat-Nya untuk memaksiati-Nya. Sehingga berubahlah nikmat yang kamu peroleh menjadi adzab dan kesenangan menjadi kepedihan.

Wahai kaum muslimin, bertaqwalah kalian kepada Allah. Pergunakan nikmat-Nya untuk taat kepada-Nya dan jagalah aturan syareat-Nya dan tegakkan kewajiban-kewajiban dan beribadahlah kepada Nya dengan sebenar-benar ibadah.

Ketahuilah bahwa kalian nanti akan menemui-Nya dan bergembiralah orang-orang mukmin.

Demikianlah perkataanku aku mohon ampunan untukku dan untuk kalian serta seluruh kaum muslimin dari dosa-dosa. Dan mintalah ampun kepada-Nya, sesungguhnya Dia maha pengampun lagi maha penyayang.

(Ditranskrip dari Video CD Khutbah Jum’at Terbitan Tasjilat Al Ilmi Yogyakarta. Penterjemah : Muh. Shaghir. Editor : Al-Ustadz Muhammad Rifa’i)

Sumber: http://darussalaf.org/stories.php?id=612

Hukum Perayaan Malam Nisyfu Sya'ban

Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman (yang artinya) :

"Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam sebagai agama bagimu ".
(QS. Al Maidah : 3).

Dan Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam pernah pernah bersabda (yang artinya):

"Barang siapa mengada-adakan satu perkara (dalam agama) yang sebelumnya belum pernah ada, maka ia tertolak ". (HR. Bukhari Muslim)

dalam riwayat Muslim (yang artinya):

"Barang siapa mengerjakan perbuatan yang tidak kami perintahkan (dalam agama) maka ia tertolak".

Masih banyak lagi hadits-hadits yang senada dengan hadits ini, yang semuanya menunjukan dengan jelas, bahwasanya Allah telah menyempurnakan agama ini untuk umat-Nya. Dia telah mencukupkan nikmat-Nya bagi mereka. Dia tidak mewafatkan nabi Muhammad Shalallahu’alaihi Wassallam kecuali setelah beliau menyelesaikan tugas penyampaian risalahnya kepada umat dan menjelaskan kepada mereka seluruh syariat Allah, baik melalui ucapan maupun pengamalan.

Beliau menjelaskan segala sesuatu yang akan diada-adakan oleh sekelompok manusia sepeninggalnya dan dinisbahkan kepada ajaran Islam baik berupa ucapan ataupun perbuatan, semuanya bid'ah yang tertolak, meskipun niatnya baik. Para sahabat dan ulama mengetahui hal ini, maka mereka mengingkari perbuatan-perbuatan bid'ah dan memperingatkan kita dari padanya. Hal ini disebutkan oleh mereka yang mengarang tentang pengagungan sunnah dan pengingkaran bid'ah seperti Ibnu Wadhah dan Abi Syamah dan lainnya.

Diantara bid'ah yang biasa dilakukan oleh banyak orang adalah bid'ah mengadakan upacara peringatan malam nisyfu sya'ban dan mengkhususkan hari tersebut dengan puasa tertentu. Padahal tidak ada satupun dalil yang dapat dijadikan sandaran, memang ada beberapa hadits yang menegaskan keutamaan malam tersebut akan tetapi hadits-hadits tersebut dhaif sehingga tidak dapat dijadikan landasan. Adapun hadits-hadits yang menegaskan keutamaan shalat pada hari tersebut adalah maudhu' (palsu).

A1 Hafidz ibnu Rajab dalam bukunya "Lathaiful Ma'arif ' mengatakan bahwa perayaan malam nisfu sya'ban adalah bid'ah dan hadits-¬hadits yang menerangkan keutamaannya adalah lemah.

Imam Abu Bakar At Turthusi berkata dalam bukunya `alhawadits walbida' : "Diriwayatkan dari wadhoh dari Zaid bin Aslam berkata :"kami belun pernah melihat seorangpun dari sesepuh ahli fiqih kami yang menghadiri perayaan nisyfu sya'ban, tidak mengindahan hadits makhul (dhaif) dan tidak pula memandang adanya keutamaan pada malam tersebut terhadap malam¬-malam lainnya".

Dikatakan kepada Ibnu Maliikah bahwasanya Ziad Annumari berkata:
"Pahala yang didapat (dari ibadah ) pada malam nisyfu sya'ban menyamai pahala lailatul qadar.
bnu Maliikah menjawab : Seandainya saya mendengar ucapannya sedang ditangan saya ada tongkat, pasti saya pukul dia. Ziad adalah seorang penceramah.

Al Allamah Syaukani menulis dalam bukunya, fawaidul majmuah, sebagai berikut : Hadits : "Wahai Ali barang siapa melakukan shalat pada malam nisyfu sya'ban sebanyak seratus rakaat : ia membaca setiap rakaat Al Fatihah dan Qulhuwallahuahad sebanyak sepuluh kali, pasti Allah memenuhi segala .... dan seterusnya.
Hadits ini adalah maudhu', pada lafadz-lafadznya menerangkan tentang pahala yang akan diterima oleh pelakunya adalah tidak diragukan kelemahannya bagi orang berakal, sedangkan sanadnya majhul (tidak dikenal). Hadits ini diriwayatkan dari jalan kedua dan ketiga, kesemuanya maudhu ' dan perawi¬-perawinya majhul.

Dalam kitab "Al-Mukhtashar" Syaukani melanjutkan : "Hadits yang menerangkan shalat nisfu sya'ban adalah batil" .

Ibnu Hibban meriwayatkan hadits dari Ali : "...Jika datang malam nisfu sya'ban bershalat malamlah dan berpusalah pada siang harinya". Inipun adalah hadits yang dhaif.

Dalam buku Al-Ala'i diriwayatkan :
"Seratus rakaat dengan tulus ikhlas pada malam nisfu sya'ban adalah pahalanya sepuluh kali lipat". Hadits riwayat Ad-Dailamy, hadits ini tidak maudhu; tetapi mayoritas perawinya pada jalan yang ketiga majhul dan dho'if.

Imam Syaukani berkata : "Hadits yang menerangkan bahwa dua belas raka' at dengan tulus ikhlas pahalanya adalah tiga puluh kali lipat, maudhu'. Dan hadits empat belas raka'at ....dst adalah maudhu".

Para fuqoha' banyak yang tertipu oleh hadits-¬hadits maudhu' diatas seperti pengarang Ihya' Ulumuddin dan sebagian ahli tafsir. Telah diriwayatkan bahwa sholat pada malam itu yakni malam nisfu sya'ban yang telah tersebar ke seluruh pelosok dunia semuanya adalah bathil (tidak benar) dan haditsnya adalah maudhu'.

Al-Hafidh Al-Iraqy berkata : "Hadits yang menerangkan tentang sholat nisfu sya'ban maudhu' dan pembohongan atas diri Rasulullallah Shalallahu’alaihi Wassallam.
Dalam kitab Al-Majmu', Imam Nawawi berkata :"Shalat yang sering kita kenal dengan shalat ragha'ib berjumlah dua belas raka'at dikerjakan antara maghrib dan isya' pada malam jum'at pertama bulan rajab, dan sholat seratus raka'at pada malam nisfu sya'ban, dua sholat ini adalah bid'ah dan mungkar.

Tak boleh seorangpun terpedaya oleh kedua hadits tersebut hanya karena telah disebutkan didalam kitab Qutul Qulub dan Ihya' Ulumuddin, sebab pada dasarnya hadits-haduts tersebut bathil (tidak boleh diamalkan). Kita tidak boleh cepat mempercayai orang-orang yang menyamarkan hukum bagi kedua hadits yaitu dari kalangan a'immah yang kemudian mengarang lembaran-¬lembaran untuk membolehkan pengamalan kedua hadits tersebut.

Syaikh Imam Abu Muhammad Abdurrahman bin Isma' il Al-Maqdisy telah mengarang suatu buku yang berharga; beliau menolak (menganggap bathil) kedua hadits diatas.
Dalam penjelasan diatas tadi, seperti ayat-ayat Al-Qur'an dan beberapa hadits serta pendapat para ulama jelaslah bagi pencari kebenaran (haq) bahwa peringatan malam nisfu sya' ban dengan pengkhususan sholat atau lainnya, dan pengkhususan siang harinya degan puasa itu semua adalah bid’ah dan mungkar tidak ada dasar sandarannya didalam syari'at Islam ini, bahkan hanya merupakan perkara yang diada-adakan dalam Islam setelah masa hidupnya para shahabat. Marilah kita hayati ayat Al-Qur'an dibawah ini (yang artinya):
"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan Ku-Ridhoi Islam sebagai agamamu".

Dan banyak lagi ayat-ayat lain yang semakna dengan ayat diatas. Selanjutnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya):
"Barang siapa mengada-adakan satu perkara (dalam agama) yang sebelumnya belum pernah ada, maka ia tertolak". (HR. Bukhari Muslim).

Dalam hadits lain beliau bersabda (yang artinya):
"Janganlah kamu sekalian mengkhususkan malam jum 'at dari pada malam-malam lainnya dengan suatu sholat, dan janganlah kamu sekalian mengkhususkan siang harinya untuk berpuasa dari pada hari-hari lainnya, kecuali jika sebelum hari itu telah berpuasa" (HR. Muslim).

Seandainya pengkhususan suatu malam dengan ibadah tertentu itu dibolehkan oleh Allah, maka bukankah malam jum'at itu lebih baik dari pada malam-malam lainnya, karena hari jum'at adalah hari yang terbaik yang disinari oleh matahari ? Hal ini berdasarkan hadits-hadits Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam yang shohih.

Tatkala Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam telah melarang untuk mengkhususkan sholat pada malam hari itu ini menunjukkan malam yang lainnya lebih tidak boleh lagi. Kecuali jika ada dalil yang shohih yang mengkhususkannya.

Manakala malam lailatul Qadar dan malam¬-malam bulan puasa itu disyari'atkan supaya sholat dan bersungguh-sungguh dengan ibadah tertentu, Nabi mengingatkan dan menganjurkan kepada ummatnya agar supaya melaksanakan¬nya, beliaupun juga mengerjakannya. Sebagaimana disebutkan didalam hadits yang shohih (yang artinya):
"Barang siapa melakukan sholat pada malam bulan ramadhan dengan penuh rasa iman dan mengharap pahala niscaya Allah akan mengampuni dosanya yang telah lewat. Dan barangsiapa yang melakukan sholat pada malam lailatul Qadar dengan penuh rasa iman niscaya Allah akan mengampuni dosa yang telah lewat" (Muttafaqun 'alahi).

Jika seandainya malam nisfu sya'ban, malam jum'at pertama pada bulan rajab, serta malam isra' mi'raj diperintahkan untuk dikhususkan dengan upacara atau ibadah tertentu, pastilah Rasululah Shalallahu’alaihi Wassallam menjelaskan kepada ummatnya atau menjalankannya sendiri. Jika memang hal ini pernah terjadi, niscaya telah disampaikan oleh para shahabat kepada kita, mereka tidak akan menyembunyikannya, karena mereka adalah sebaik-baik manusia clan yang paling banyak memberi nasehat setelah Rasululah Shalallahu’alaihi Wassallam.

Dari pendapat-pendapat ulama tadi anda dapat menyimpulkan bahwa tidak ada ketentuan apapun dari Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam ataupun dari para sahabat tentang keutamaan malam malam nisfu sya'ban dan malam jum'at pertama pada bulan Rajab.

Dari sini kita tahu bahwa memperingati perayaan kedua malam tersebut adalah bidah yang diada-adakan dalam Islam, begitu pula pengkhususan dengan ibadah tertentu adalah bid'ah mungkar; sama halnya dengan malam 27 Rajab yang banyak diyakini orang sebagai malam Isra dan Mi'raj, begitu juga tidak boleh dirayakan dengan upacara-upacara ritual, berdasarkan dalil-dalil yang disebutkan tadi.

(Diringkas/ disadur dari kitab Tahdzir minul bida' karya Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Oleh An Nafi'ah dan redaksi).

15 PETUNJUK MENGUATKAN IMAN

Tak seorangpun bisa menjamin dirinya akan tetap terus berada dalam keimanan sehingga meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Untuk itu kita perlu merawat bahkan senantiasa berusaha menguatkan keimanan kita. Tulisan ini insya'allah membantu kita dalam usaha mulia itu.

Tsabat (kekuatan keteguhan iman) adalah tuntutan asasi setiap muslim. Karena itu tema ini penting dibahas. Ada beberapa alasan mengapa tema ini begitu sangat perlu mendapat perhatian serius.

Pertama, pada zaman ini kaum muslimin hidup di tengah berbagai macam fitnah, syahwat dan syubhat dan hal-hal itu sangat berpotensi menggerogoti iman. Maka kekuatan iman merupakan kebutuhan muthlak, bahkan lebih dibutuhkan dibanding pada masa generasi sahabat, karena kerusakan manusia di segala bidang telah menjadi fenomena umum.

Kedua, banyak terjadi pemurtadan dan konversi (perpindahan) agama. Jika pada awal kemerdekaan jumlah umat Islam di Indonesia mencapai 90 % maka saat ini jumlah itu telah berkurang hampir 5%. Ini tentu menimbulkan kekhawatiran mendalam. Untuk menga-tasinya diperlukan jalan keluar, sehingga setiap muslim tetap memiliki kekuatan iman.

Ketiga, pembahasan masalah tsabat berkait erat dengan masalah hati. Padahal Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Dinamakan hati karena ia (selalu) berbolak-balik. Perumpamaan hati itu bagaikan bulu yang ada di pucuk pohon yang diombang-ambingkan oleh angin." (HR. Ahmad, Shahihul Jami' no. 2361)

Maka, mengukuhkan hati yang senantiasa berbolak-balik itu dibutuhkan usaha keras, agar hati tetap teguh dalam keimanan.
Dan sungguh Allah Maha Rahman dan Rahim kepada hambaNya. Melalui Al Qur'an dan Sunnah RasulNya Ia memberikan petunjuk bagaimana cara mencapai tsabat. Berikut ini penjelasan 15 petunjuk berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah untuk memelihara kekuatan dan keteguhan iman kita.

Akrab dengan Al Qur'an

Al Qur'an merupakan petunjuk utama mencapai tsabat. Al Qur'an adalah tali penghubung yang amat kokoh antara hamba dengan Rabbnya. Siapa akrab dan berpegang teguh dengan Al Qur'an niscaya Allah memeliharanya; siapa mengikuti Al Qur'an, niscaya Allah menyelamatkannya; dan siapa yang mendakwahkan Al Qur'an, niscaya Allah menunjukinya ke jalan yang lurus. Dalam hal ini Allah berfirman: "Orang-orang kafir berkata, mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami teguhkan hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar)." (Al Furqan: 32-33)

Beberapa alasan mengapa Al Qur'an dijadikan sebagai sumber utama mencapai tsabat adalah: Pertama, Al Qur'an menanamkan keimanan dan mensucikan jiwa seseorang, karena melalui Al Qur'an, hubungan kepada Allah menjadi sangat dekat. Kedua, ayat-ayat Al Qur'an diturunkan sebagai penentram hati, menjadi penyejuk dan penyelamat hati orang beriman sekaligus benteng dari hempasan berbagai badai fitnah. Ketiga, Al Qur'an menunjukkan konsepsi serta nilai-nilai yang dijamin kebenarannya. Karena itu, seorang mukmin akan menjadikan Al Qur'an sebagai ukuran kebenaran. Keempat, Al Qur'an menjawab berbagai tuduhan orang-orang kafir, munafik dan musuh Islam lainnya. Seperti ketika orang-orang musyrik berkata, Muhammad ditinggalkan Rabbnya, maka turunlah ayat: "Rabbmu tidaklah meninggalkan kamu dan tidak (pula) benci kepadamu." (Adl Dluha: 3) (Syarh Nawawi,12/156) Orang yang akrab dengan Al Qur'an akan menyandarkan semua perihalnya kepada Al Qur'an dan tidak kepada perkataan manusia. Maka, betapa agung sekiranya penuntut ilmu dalam segala disiplinnya menjadikan Al Qur'an berikut tafsirnya sebagai obyek utama kegiatannya menuntut ilmu.

Iltizam (komitmen) terhadap syari'at Allah

Allah berfirman: "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akherat. Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim. Dan Allah berbuat apa saja yang Ia kehendaki." (Ibrahim: 27)

Di ayat lain Allah menjelaskan jalan mencapai tsabat yang dimaksud. "Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (hati mereka di atas kebenaran)." (An Nisa': 66)

Karena itu, menjelaskan surat Ibrahim di atas Qatadah berkata:-"Adapun dalam kehidupan di dunia, Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan kebaikan dan amal shalih sedang yang dimaksud dengan kehidupan akherat adalah alam kubur." (Ibnu Katsir: IV/421)

Maka jelas sekali, sangat mustahil orang-orang yang malas berbuat kebaikan dan amal shaleh diharapkan memiliki keteguhan iman. Karena itu, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa melakukan amal shaleh secara kontinyu, sekalipun amalan itu sedikit, demikian pula halnya dengan para sahabat. Komitmen untuk senantiasa menjalankan syariat Islam akan membentuk kepribadian yang tangguh, dan iman pun menjadi teguh.

Mempelajari Kisah Para Nabi

Mempelajari kisah dan sejarah itu penting. Apatah lagi sejarah para Nabi. Ia bahkan bisa menguatkan iman seseorang. Secara khusus Allah menyinggung masalah ini dalam firman-Nya: "Dan Kami ceritakan kepadamu kisah-kisah para rasul agar dengannya Kami teguhkan hatimu dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran , pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman." (Hud: 120)

Sebagai contoh, marilah kita renungkan kisah Ibrahim Alaihis Salam yang diberitakan dalam Al Qur'an: "Mereka berkata, bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman, hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim maka Kami jadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi." (Al Anbiya': 68-70)

Bukankah hati kita akan bergetar saat merenungi kronologi pembakaran nabi Ibrahim sehingga ia selamat atas izin Allah? Dan bukankah dengan demikian akan membuahkan keteguh-an iman kita? Lalu, kisah nabi Musa Alaihis Salam yang tegar menghadapi kezhaliman Fir'aun demi menegakkan agama Allah. Bukankah kisah itu mengingatkan kekerdilan jiwa kita dibanding dengan nabi Musa?

Tak sedikit umat Islam sudah merasa tak punya jalan karena kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan misalnya, sehingga mau saja saat diajak kolusi dan berbagai praktek syubhat lain oleh koleganya. Lalu mereka mencari-cari alasan mengabsahkan tindakannya yang keliru. Dan bukankah karena takut gertakan penguasa yang tiranik lalu banyak di antara umat Islam (termasuk ulamanya) yang menjadi tuli, buta dan bisu sehingga tidak melakukan amar ma'ruf nahi mungkar? Bahkan sebaliknya malah bergabung dan bersekongkol serta melegitimasi status quo (menganggap yang ada sudah baik dan tak perlu diubah).

Bukankah dengan mempelajari kisah-kisah Nabi yang penuh dengan perjuangan menegakkan dan meneguhkan iman itu kita menjadi malu kepada diri sendiri dan kepada Allah? Kita mengharap Surga tetapi banyak hal dari perilaku kita yang menjauhinya. Mudah-mudahan Allah menunjuki kita ke jalan yang diridhaiNya.

Berdo'a

Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah mereka memohon kepada Allah agar diberi keteguhan iman, seperti do'a yang tertulis dalam firmanNya: "Ya Rabb, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami." (Ali Imran: 8)

"Ya Rabb kami, berilah kesabaran atas diri kami dan teguhkanlah pendirian kami serta tolonglah kami dari orang-orang kafir." (Al Baqarah: 250)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya seluruh hati Bani Adam terdapat di antara dua jari dari jemari Ar Rahman (Allah), bagaikan satu hati yang dapat Dia palingkan ke mana saja Dia kehendaki." (HR. Muslim dan Ahmad)

Agar hati tetap teguh maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam banyak memanjatkan do'a berikut ini terutama pada waktu duduk takhiyat akhir dalam shalat.
"Wahai (Allah) yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada din-Mu." (HR. Turmudzi)

Banyak lagi do'a-do'a lain tuntunan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam agar kita mendapat keteguhan iman. Mudah-mudahan kita senantiasa tergerak hati untuk berdo'a utamanya agar iman kita diteguhkan saat menghadapi berbagai ujian kehidupan.

Dzikir kepada Allah

Dzikir kepada Allah merupakan amalan yang paling ampuh untuk mencapai tsabat. Karena pentingnya amalan dzikir maka Allah memadukan antara dzikir dan jihad, sebagaimana tersebut dalam firmanNya: "Hai orang-orang yang beriman, bila kamu memerangi pasukan (musuh) maka berteguh-hatilah kamu dan dzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya." (Al Anfal: 45)

Dalam ayat tersebut, Allah menjadikan dzikrullah sebagai amalan yang amat baik untuk mencapai tsabat dalam jihad.
Ingatlah Yusuf Alaihis Salam ! Dengan apa ia memohon bantuan untuk mencapai tsabat ketika menghadapi fitnah rayuan seorang wanita cantik dan berkedudukan tinggi? Bukankah dia berlindung dengan kalimat ma'adzallah (aku berlindung kepada Allah), lantas gejolak syahwatnya reda?

Demikianlah pengaruh dzikrullah dalam memberikan keteguhan iman kepada orang-orang yang beriman.
(Bersambung...)

Menempuh Jalan Lurus

Allah berfirman: "Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia dan jangan mengikuti jalan-jalan (lain) sehingga menceraiberaikan kamu dari jalanNya." (Al An'am: 153)

Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mensinyalir bahwa umatnya bakal terpecah-belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk Neraka kecuali hanya satu golongan yang selamat (HR. Ahmad, hasan)

Dari sini kita mengetahui, tidak setiap orang yang mengaku muslim mesti berada di jalan yang benar. Rentang waktu 14 abad dari datangnya Islam cukup banyak membuat terkotak-kotaknya pemahaman keagamaan. Lalu, jalan manakah yang selamat dan benar itu? Dan, pemahaman siapakah yang mesti kita ikuti dalam praktek keberaga-maan kita? Berdasarkan banyak keterangan ayat dan hadits , jalan yang benar dan selamat itu adalah jalan Allah dan RasulNya. Sedangkan pemahaman agama yang autentik kebenarannya adalah pemahaman berdasarkan keterangan Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada para sahabatnya. (HR. Turmudzi, hasan).

Itulah yang mesti kita ikuti, tidak penafsiran-penafsiran agama berdasarkan akal manusia yang tingkat kedalaman dan kecerdasannya majemuk dan terbatas. Tradisi pemahaman itu selanjutnya dirawat oleh para tabi'in dan para imam shalihin. Paham keagamaan inilah yang dalam terminologi (istilah) Islam selanjutnya dikenal dengan paham Ahlus Sunnah wal Jamaah . Atau sebagian menyebutnya dengan pemahaman para salafus shalih.

Orang yang telah mengikuti paham Ahlus Sunnah wal Jamaah akan tegar dalam menghadapi berbagai keanekaragaman paham, sebab mereka telah yakin akan kebenaran yang diikutinya. Berbeda dengan orang yang berada di luar Ahlus Sunnah wal Jamaah, mereka akan senantiasa bingung dan ragu. Berpindah dari suatu lingkungan sesat ke lingkungan bid'ah, dari filsafat ke ilmu kalam, dari mu'tazilah ke ahli tahrif, dari ahli ta'wil ke murji'ah, dari thariqat yang satu ke thariqat yang lain dan seterusnya. Di sinilah pentingnya kita berpegang teguh dengan manhaj (jalan) yang benar sehingga iman kita akan tetap kuat dalam situasi apapun.

Menjalani Tarbiyah

Tarbiyah (pendidikan) yang semestinya dilalui oleh setiap muslim cukup banyak. Paling tidak ada empat macam :

*

Tarbiyah Imaniyah
yaitu pendidikan untuk menghidupkan hati agar memiliki rasa khauf (takut), raja' (pengharapan) dan mahabbah (kecintaan) kepada Allah serta untuk menghilangkan kekeringan hati yang disebabkan oleh jauhnya dari Al Qur'an dan Sunnah.

*

Tarbiyah Ilmiyah
yaitu pendidikan keilmuan berdasarkan dalil yang benar dan menghindari taqlid buta yang tercela.

*

Tarbiyah Wa'iyah
yaitu pendidikan untuk mempelajari siasat orang-orang jahat, langkah dan strategi musuh Islam serta fakta dari berbagai peristiwa yang terjadi berdasarkan ilmu dan pemahaman yang benar.

*

Tarbiyah Mutadarrijah
yaitu pendidikan bertahap, yang membimbing seorang muslim setingkat demi setingkat menuju kesempurnaannya, dengan program dan perencanaan yang matang. Bukan tarbiyah yang dilakukan dengan terburu-buru dan asal jalan.

Itulah beberapa tarbiyah yang diberikan Rasul kepada para sahabatnya. Berbagai tarbiyah itu menjadikan para sahabat memiliki iman baja, bahkan membentuk mereka menjadi generasi terbaik sepanjang masa.

Meyakini Jalan yang Ditempuh

Tak dipungkiri bahwa seorang muslim yang bertambah keyakinannya terhadap jalan yang ditempuh yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah maka bertambah pula tsabat (keteguhan iman) nya. Adapun di antara usaha yang dapat kita lakukan untuk mencapai keyakinan kokoh terhadap jalan hidup yang kita tempuh adalah:

Pertama, kita harus yakin bahwa jalan lurus yang kita tempuh itu adalah jalan para nabi, shiddiqien, ulama, syuhada dan orang-orang shalih.

Kedua, kita harus merasa sebagai orang-orang terpilih karena kebenaran yang kita pegang, sebagai-mana firman Allah: "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hambaNya yang Ia pilih." (QS. 27: 59)

Bagaimana perasaan kita seandainya Allah menciptakan kita sebagai benda mati, binatang, orang kafir, penyeru bid'ah, orang fasik, orang Islam yang tidak mau berdakwah atau da'i yang sesat? Mudah-mudahan kita berada dalam keyakinan yang benar yakni sebagai Ahlus Sunnah wal Jamaah yang sesungguhnya.

Berdakwah

Jika tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan rusak. Untuk menggerakkan jiwa maka perlu dicarikan medan yang tepat. Di antara medan pergerakan yang paling agung adalah berdakwah. Dan berdakwah merupakan tugas para rasul untuk membebaskan manusia dari adzab Allah.

Maka tidak benar jika dikatakan, fulan itu tidak ada perubahan. Jiwa manusia, bila tidak disibukkan oleh ketaatan maka dapat dipastikan akan disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab, iman itu bisa bertambah dan berkurang.
Jika seorang da'i menghadapi berbagai tantangan dari ahlul bathil dalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia tetap terus berdakwah maka Allah akan semakin menambah dan mengokohkan keimanannya.

Dekat dengan Ulama

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Di antara manusia ada orang-orang yang menjadi kunci kebaikan dan penutup kejahatan." (HR. Ibnu Majah, no. 237, hasan)

Senantiasa bergaul dengan ulama akan semakin menguatkan iman seseorang. Tercatat dalam sejarah bahwa berbagai fitnah telah terjadi dan menimpa kaum muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum muslimin melalui ulama. Di antaranya seperti diutarakan Ali bin Al Madini Rahimahullah: "Di hari riddah (pemurtadan) Allah telah memuliakan din ini dengan Abu Bakar dan di hari mihnah (ujian) dengan Imam Ahmad."
Bila mengalami kegundahan dan problem yang dahsyat Ibnul Qayyim mendatangi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah untuk mendengarkan berbagai nasehatnya. Sertamerta kegundahannya pun hilang berganti dengan kelapangan dan keteguhan iman ( Al Wabilush Shaib, hal. 97).

Meyakini Pertolongan Allah

Mungkin pernah terjadi, seseorang tertimpa musibah dan meminta pertolongan Allah, tetapi pertolongan yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung datang, bahkan yang dialaminya hanya bencana dan ujian. Dalam keadaan seperti ini manusia banyak membutuh-kan tsabat agar tidak berputus asa. Allah berfirman: Dan berapa banyak nabi yang berperang yang diikuti oleh sejumlah besar pengikutnya yang bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada do'a mereka selain ucapan, Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami. Tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akherat. " (Ali Imran: 146-148)

Mengetahui Hakekat Kebatilan

Allah berfirman: "Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir yang bergerak dalam negeri ." (Ali Imran: 196)

"Dan demikianlah Kami terang-kan ayat-ayat Al Qur'an (supaya jelas jalan orang-orang shaleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berbuat jahat (musuh-musuh Islam)." (Al An'am: 55)

"Dan Katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah sirna, sesungguhnya yang batil itu pastilah lenyap." (Al Isra': 81)

Berbagai keterangan ayat di atas sungguh menentramkan hati setiap orang beriman. Mengetahui bahwa kebatilan akan sirna dan kebenaran akan menang akan mengukuhkan seseorang untuk tetap teguh berada dalam keimanannya.

Memiliki Akhlak Pendukung Tsabat

Akhlak pendukung tsabat yang utama adalah sabar. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam:"Tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabar-an." (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Tanpa kesabaran iman yang kita miliki akan mudah terombang-ambingkan oleh berbagai musibah dan ujian. Karena itu, sabar termasuk senjata utama mencapai tsabat.

Nasehat Orang Shalih

Nasehat para shalihin sungguh amat penting artinya bagi keteguhan iman. Karena itu, dalam segala tindakan yang akan kita lakukan hendaklah kita sering-sering meminta nasehat mereka. Kita perlu meminta nasehat orang-orang shalih saat mengalami berbagai ujian, saat diberi jabatan, saat mendapat rezki yang banyak dan lain-lain.

Bahkan seorang sekaliber Imam Ahmad pun, beliau masih perlu mendapat nasehat saat menghadapi ujian berat oleh intimidasi penguasa yang tiranik. Bagaimana pula halnya dengan kita?

Merenungi Nikmatnya Surga

Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan, kegembiraan dan suka-cita. Ke sanalah tujuan pengembaraan kaum muslimin.
Orang yang meyakini adanya pahala dan Surga niscaya akan mudah menghadapi berbagai kesulitan. Mudah pula baginya untuk tetap tsabat dalam keteguhan dan kekuatan imannya.

Dalam meneguhkan iman para sahabat, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sering mengingatkan mereka dengan kenikmatan Surga. Ketika melewati Yasir, istri dan anaknya Ammar yang sedang disiksa oleh kaum musyrikin beliau mengatakan: "Bersabarlah wahai keluarga Yasir, tempat kalian nanti adalah Surga". (HR. Al Hakim/III/383, hasan shahih)

Mudah-mudahan kita bisa merawat dan terus-menerus meneguhkan keimanan kita sehingga Allah menjadikan kita khusnul khatimah. Amin.

Muhammad Shalih Al Munajjid, bit tasharruf waz ziyadah

calon pemuda pengybah dunia

Sebuah notes yang saya rasa sangat menginspirasi.. Selamat membaca..

Cerita ini berbicara mengenai seorang anak yg bernama Severn Suzuki, seorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental Children's Organization ( ECO ).

ECO sendiri adalah sebuah kelompok kecil anak yg mendedikasikan diri untuk belajar dan mengajarkan pada anak" lain mengenai masalah lingkungan.

Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan hidup PBB, dimana pada saat itu Severn yg berusia 12 Tahun memberikan sebuah pidato kuat yg memberikan pengaruh besar ( dan membungkam ) beberapa pemimpin dunia terkemuka.

Apa yg disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia 12 tahun hingga bisa membuat RUANG SIDANG PBB hening, lalu saat pidatonya selesai ruang sidang penuh dengan orang terkemuka yg berdiri dan memberikan tepuk tangan yg meriah kepada anak berusia 12 tahun.



Inilah Isi pidato tersebut: (Sumber: The Collage Foundation)

Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental Children Organization Kami adalah kelompok dari Kanada yg terdiri dari anak-anak berusia 12 dan 13 tahun, yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini sejauh 6000 mil untuk memberitahukan pada anda sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, hari ini di sini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja.

Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi semua generasi yg akan datang.

Saya berada disini mewakili anak-anak yg kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar.

Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan habitatnya. Kami tidak boleh tidak di dengar.

Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena berlubangnya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.

Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker.
Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya.

Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.

Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil ini ketika anda sekalian masih berusia sama serperti saya sekarang?

Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahannya. Tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa
anda sekalian juga sama seperti saya!

Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita.
Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya.
Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah.

Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di tempatnya, yang sekarang hanya berupa padang pasir. Jika anda tidak tahu bagaima cara memperbaikinya. TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!

Disini anda adalah delegasi negara-negara anda. Pengusaha, anggota perhimpunan, wartawan atau politisi - tetapi sebenarnya anda adalah ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi dan anda semua adalah anak dari seseorang.

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air dan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut.

Saya hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama.

Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.

Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan. Kami membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang.
Walaupun begitu tetap saja negara-negara di Utara tidak akan berbagi dengan mereka yang memerlukan.
Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.

Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan dan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer dan perlengkapan televisi.

Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: " Aku berharap aku
kaya, dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak-anak jalanan makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih sayang " .

Jika seorang anak yang berada dijalanan dan tidak memiliki apapun, bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah?

Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar, bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak-anak yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India .

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini.

Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain, untuk mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan; untuk tidak menyakiti makhluk hidup lain, untuk
berbagi dan tidak tamak. Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut?

Jangan lupakan mengapa anda menghadiri konperensi ini, mengapa anda melakukan hal ini - kami adalah anak-anak anda semua. Anda sekalianlah yang memutuskan, dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharus nya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan mengatakan, " Semuanya akan baik-baik saja , 'kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan dan ini bukanlah akhir dari segalanya.”

Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua? Ayah saya selalu berkata, “Kamu akan selalu dikenang karena perbuatanmu, bukan oleh kata-katamu”.

Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari.
Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut.

Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.
***********

Servern Cullis-Suzuki telah membungkam satu ruang sidang Konperensi PBB, membungkam seluruh orang-orang penting dari seluruh dunia hanya dengan pidatonya. Setelah pidatonya selesai serempak seluruh orang yang hadir diruang pidato tersebut berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada anak berusia 12 tahun itu.

Dan setelah itu, ketua PBB mengatakan dalam pidatonya:

" Hari ini saya merasa sangatlah malu terhadap diri saya sendiri karena saya baru saja disadarkan betapa pentingnya linkungan dan isinya disekitar kita oleh anak yang hanya berusia 12 tahun, yang maju
berdiri di mimbar ini tanpa selembarpun naskah untuk berpidato.
Sedangkan saya maju membawa berlembar naskah yang telah dibuat oleh asisten saya kemarin. Saya ... tidak kita semua dikalahkan oleh anak yang berusia 12 tahun "


------------ --------- --------- --------- --------- ---------
--------- --------- ------
*Tolong sebarkan tulisan ini ke semua orang yang anda kenal, bukan untuk mendapatkan nasib baik atau kesialan kalau tidak mengirimkan, tapi mari kita bersama-sama membuka mata semua orang di dunia bahwa bumi sekarang sedang dalam keadaan sekarat dan kitalah manusia yang membuatnya seperti ini yang harus bertindak untuk mencegah kehancuran dunia.
*(Copyright from: Moe Joe Free)

(cO-pAS message dari 'Mapala Indonesia)

Dzikir Jama’ah setelah Shalat

Mengulang-ulang Dzikir-dzikir Setelah Shalat Dengan Berjama’ah
Tanya: Apakah dzikir-dzikir setelah shalat wajib harus diulang-ulang oleh tiap orang yang shalat ? Apakah di belakang imam mesti ada yang membantunya ? di tempat kami muadzin yang membantunya. Apakah disunnahkan mengeraskan suara setelah shalat membaca : Jalla rabbuna alkarim, jalla rabbuna al’adhim, subhanan ya ‘adhim (subhanallah), yakni imam memerintahkan membaca subhanallah 33 kali, (alhamdulillah) yakni ucapkanlah alhamdulillah 33 kali, kemudian imam berkata alhamdulillahilladzi hadana lihadza wama kunna linahtadiya lau laa an hadana Alloh jalla sya’nuhu (Alloh akbar) yakni ucapkanlah Alloh akbar 33 kali kemudian ia mengatakan : laa ilaha illa Alloh wahdahu la syarikalahu lahul mulku walhul hamdu wahuwa ‘ala kulli syain qadir ? Apakah disunnahkan imam bersuara sedangkan ma’mum mendengarkannya kemudian mereka bertasbih, tahmid dan takbir? Apakah disunnahkan setelah selesai shalat meminta ampunan lalu mengucapkan astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullahal ‘adhim. Kemudian ia mengucapkan allahumma antas salam wa minkas salam tabarakta ya dzal jalali wal ikrom. Kemudian allahumma Alloh’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatik kemudian bertasbih, tahmid dan takbir masing-masing 33 kali sendiri-sendiri ? Apakah dzikir-dzikir ini dikerjakan dengan sendirian atau imam memerintahkan mengecupkannya satu demi satu?

Jawab : Sifat yang disebutkan penanya dan yang semisalnya adalah bid’ah yang tidak pernah dicontohkan Rasulullah صلى الله عليه و سلم . Yang ada sunnahnya hanyalah seseorang istighfar sendiri-sendiri. Akan tetapi disunnahkan mengeraskan suara dzikir setelah selesai salam. Disebutkan bahwa Ibnu Abbas mengeraskan dzikir setelah selesai shalat wajib pada jaman Rasulullah صلى الله عليه و سلم (Yakni mengeraskan takbir tiga kali setelah shalat wajib sebagaimana disebutkan Ibnu Katsir dalam tafsir alBaqaroh ayat 185 – penerj). Sebagian kaum muslimin mengeraskan tahlil, tahmid dan takbir (yang dibaca 33 kali), aku tidak mengetahui dalilnya sama sekali. Ada orang yang mengatakan, bahwa Rasulullah صلى الله عليه و سلم mengeraskan dzikir setelah shalat hanyalah untuk mengajari sahabat dzikir. Ini pendapat yang perlu diteliti. Karena pengajaran dari Rasulullah صلى الله عليه و سلم cukup dengan ucapan sebagaimana beliau perintahkan kepada orang-orang fakir dari kalangan muhajirin,”Bertasbih, tahmid dan takbirlah 33 kali tiap selesai shalat”. Kemudian kami katakan, katakanlah yang demikian untuk mengajari. Pengajaran doa atau dzikir sesuai dengan sifat asalnya yaitu mengeraskan suaranya yang sekaligus menunjukkan sunnah mengeraskan dzikir. Kalaulah dzikir dengan mengeraskan suara hanya untuk mengajari niscaya Rasulullah صلى الله عليه و سلم mencukupkannya dan mengatakan,”Ini dzikir dengan suara pelan”. Yang penting pendapat yang kuat bahwa dzikir dengan mengeraskan suara sunnah. (Kitab Sual wa Jawab Min Barnamij Nur Alad Darb 1/14, Syaikh ‘Utsaimin)


Dzikir Berjama’ah Setelah Shalat Dengan Mengeraskan Suara dan Amin
Tanya: Aku melihat di sebagian tempat seorang imam mengangkat kedua tangannya dan diikuti makmum…imam berdo’a dan makmum mengaminkannya. Apakah hukumnya?

Jawab : Ibadah adalah tauqifiyah maka kita tidak boleh mengatakan sesuatu ibadah disyariatkan dengan cara, jumlah, waktu atau tempat tertentu kecuali dengan dalil syar’I yang menunjukkannya. Kami tidak mengethaui satu dalil pun dari Rasulullah صلى الله عليه و سلم baik dari ucapan, perbuatan ataupun penetapannya. Semua kebaikan dengan mengikuti petunjuk Rasulullah صلى الله عليه و سلم . dan petunjuk Rasulullah صلى الله عليه و سلم dalam masalah ini telah ada dalilnya yang menunjukkan apa yang pernah beliau lakukan setelah salam, sahabat dan tabiin. Barangsiapa mengadakan suatu amalan yang menyelisihi petunjuk Rasulullah صلى الله عليه و سلم maka tertolak sebagaimana kata Rasulullah صلى الله عليه و سلم ,”Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang bukan dari agama kami maka tertolak”. Maka imam dan makmum yang mengaminkan dengan mengangkat tangan dan mengeraskan amin dituntut mendatangkan dalil bagi amalnya. Jika tidak bisa mendatangkannya maka amalannya tertolak. (Fatawa Islamiyah 4/179, Lajnah Daimah).


Doa Berjama’ah Setelah Shalat Dengan Satu Suara
Lajdah Daimah berkata:
Doa berjama’ah setelah shalat dengan satu suara kami tidak mengetahui dalilnya dari syariat. Lajnah Daimah telah mengeluarkan fatwanya dalam masalah ini yaitu : “Doa dengan mengangkat tangan setelah shalat wajib apakah dari imam atau makmum sendirian atau secara berjama’ah bukanlah sunnah. Bahkan yang demikian adalah bid’ah yang tidak dalilnya dari Rasulullah صلى الله عليه و سلم maupun sahabatnya. Adapun do’a dengan cara lain tidak seperti itu maka tidak mengapa karena ada dalilnya dari Rasulullah صلى الله عليه و سلم.
Wabillahi taufiq, shalawat dan salam semoga tercurah keada nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya. (Lajnah Daimah, Fatwa no. 1/ 318)


Dzikir-dzikir atau Shalawat atas Nabi dengan Berjama’ah Setelah Shalat
Tanya : Sebagian muslimin pada bulan ramadhan mengeraskan suara bershalawat atas nabi, khulafaurasyidin, ummahatul mukminin dan 10 sahabat yang diberitakan masuk sorga pada tiap selesai dua rakaat tarawih. Apa hukum amalan ini?

Jawab : Segala pujian hanyalah milik Alloh, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah صلى الله عليه و سلم, keluarga dan sahabatnya…
Dzikir-dzikir atau shalawat setelah shalat wajib atau sunnah atau di antara rakaat tarawih adalah bid’ah. Rasulullah صلى الله عليه و سلم telah mengatakan,” “Barangsiapa mengadakan suatu perkara baru dalam agama yang bukan dari agama kami maka ia tertolak”.HR.Bukhari (2697) dan Muslim (1718).
Wabillahi taufiq, shalawat dan salam semoga tercurah keada nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya. (Lajnah Daimah, Fatwa no. 6260)


Istighfar Dengan Berjama’ah
Tanya: Kami pernah shalat di suatu masjid, setelah selesai shalat jama’ah mengucapkan astaghfirullahal adhim wa atubu ilaihi dengan berjamaah…apakah yang demikian sesuai dengan petunjuk nabi صلى الله عليه و سلم ?
Jawab : Segala pujian hanyalah milik Alloh, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah صلى الله عليه و سلم, keluarga dan sahabatnya…amma ba’du :
Adapun istighfar maka Rasulullah صلى الله عليه و سلم mengucapkannya tiga kali setelah selesai shalat sebelum menghadap makmum. Sedangka istighfar yang kalian sebutkan dengan satu suara berjama’ah maka bid’ah bukan petunjuk Rasulullah صلى الله عليه و سلم . Beliau istighfar untuk dirinya dan tidak berhubungan dengan lainnya dan tanpa suara berjama’ah. Sahabat dan tabiin dahulu istighfar sendiri-sendiri tanpa berjama’ah.
Istighfar itu sendiri disunnahka setelah salam. Akan tetapi dengan cara berjama’ah termasuk bid’ah yang wajib ditinggalkan dan dijauhi. (Nur Ala adDarbi Fatawa Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan alFauzan 1/23).

sumber :
http://millahibrohim.wordpress.com/2009/12/21/dzikir-jamaah-setelah-shalat/

Fatwa Syaikh Al-Albany tentang Nasyid

Berkata Syaikh dalam kitabnya “Tahrim Alatuth Tharb (Haramnya Alat-Alat Musik)” :

“Telah jelas pada fasal ketujuh tentang apa-apa saja yang boleh dilagukan (dibaguskan suara) dari syi’ir dan apa-apa saja yang tidak boleh. Sebagaimana telah jelas pada (penjelasan) sebelumnya tentang haramnya alat-alat musik, semuanya kecuali duf pada hari ‘ied dan pengantinan, untuk wanita saja.

Dan pada fasal yang terakhir ini (di jelaskan.–pent.) bahwasanya tidaklah boleh bertaqarrub kepada Allah kecuali sesuai dengan apa yang Allah syari’atkan. Maka bagaimana boleh bertaqarrub kepada-Nya dengan apa-apa yang di haramkan ?. Oleh karena itulah, para ulama mengharamkan ghina` Shufiyyah. Dan pengingkaran mereka lebih keras lagi terhadap orang-orang yang menghalalkannya. Maka apabila pembaca menghadirkan dalam benaknya ushul (pokok-pokok/prinsip-prins
ip dasar) yang kuat ini (tidak bertaqarrub kepada Allah kecuali sesuai dengan syari’at Allah,-pent.) maka akan jelas baginya dengan sejelas-jelasnya bahwasanya tidak ada perbedaan dari segi hukum antara lagu-lagu (ghina`) Shufiyah dan nasyid-nasyid Ad-Diniyah.

Bahkan boleh jadi pada nasyid-nasyid ini ada bahaya/penyakit lain, yaitu nasyid-nasyid ini kadang disenandungkan dengan mengikuti senandung lagu-lagu gila dan dibuat dengan aturan-aturan (gaya-gaya) musik Timur atau Barat, yang mempesona para pendengar dan menjadikan mereka menari-nari dan mengeluarkan mereka dari kondisi mereka (yang sebenarnya,–pent.). Maka yang dimaksud (yang diinginkan) adalah lagu-lagu dan musik itu, bukan nasyid itu sendiri. Dan ini adalah merupakan penyelisihan yang baru yaitu tasyabbuh (menyerupai) terhadap orang-orang kafir dan orang-orang kurang malu.

Dan di balik itu boleh jadi akan menghasilkan penyelisihan yang lain, yaitu menyerupai mereka dalam keberpalingan mereka dari Al-Qur`an dan hijrahnya (tidak mengacuhkannya) mereka dari Al-Qur`an. Maka mereka masukl ke dalam keumuman pengaduan Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam dari kaumnya. Sebagaimana firman Allah :

وَقَالَ الرَّسُولُ يَارَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْءَانَ مَهْجُورًا
“Berkatalah Rasul : “Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur`an ini sebagai suatu yang tidak diacuhkan”.” (QS. Al-Furqan : 30).

Dan saya sungguh ingat dengan baik, bahwa ketika saya di Damaskus, dua tahun sebelum saya pindah ke sini (Amman) bahwasanya sebahagian pemuda muslim mulai menyenandungkan sebagian nasyid-nasyid yang memiliki makna yang selamat (dari khurafat dan kesyirikan, bid’ah maupun kefasikan,-pent.) dengan maksud menyelisihi gina orang-orang sufiah seperti Qashidah Al-Busiriyyah dan selainnya. Dan hal itu di rekam dalam kaset. Tidaklah menunggu waktu kecuali sedikit hingga nasyid-nasyid tersebut telah diiringi dengan pukulan duf (rebana). Pada awalnya mereka gunakannya pada acara walimatul ‘ursy (pesta pernikahan/pengantin) dengan alasan bahwa (duf) boleh pada acara tersebut. Kemudian mulailah kaset tersebut diperbanyak dan menyebarlah penggunaannya di kebanyakan rumah dan mulailah mereka mendengarkan nasyid-nasyid ini siang dan malam baik dengan adanya sebab-sebab tertentu (seperti acara walimatul ‘ursy,-red.) atau tanpa sebab tertentu sehingga jadilah yang demikian itu sebagai hiburan dan adat kebiasaan mereka, dan hal itu adalah dari/disebabkan oleh kemenangan hawa nafsu dan kejahilan dengan tipu daya syaithan, dimana syaithan telah memalingkan mereka perhatian terhadap Al-Qur`an dan mendengarkan pembacaannya lebih-lebih dari mempelajarinya, dan menjadikan Al-Qur`an suatu yang tidak diacuhkan lagi oleh mereka, sebagaimana dijelaskan oleh ayat yang mulia tersebut.

Ibnu Kastir berkata dalam tafsirnya : “Allah telah berfirman dalam rangka mengabarkan tentang Rasul dan Nabi-Nya Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau berkata : “Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur`an ini sebagai suatu yang tidak diacuhkan”.”. Yang demikian karena orang-orang musyrikin dahulu tidak mau mendengar Al-Qur`an dan tidak mau memperhatikannya, sebagaimana firman (Allah) Ta’ala :

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَذَا الْقُرْءَانِ وَالْغَوْا فِيهِ

“Dan orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Qur`an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya”.” (QS. Al-Fushilat : 26).

Maka mereka (orang kafir), jika dibacakan Al Qur`an pada mereka, mereka memperbanyak hiruk pikuk dan pembicaran yang lain supaya mereka tidak mendengarkan (Al Qur`an). Maka ini termasuk hijrahnya (tidak acuhnya) terhadap Al Qur`an dan tidak mau beriman dengannya.

Tidak membenarkannya adalah termasuk sikap meninggalkan/tak acuh terhadapnya.

Tidak mentadabburi dan tidak mempelajarinya adalah termasuk sikap tak acuh.

Meninggalkan pengamalan terhadapnya, pelaksanaan perintah-perintahnya, penjauhan terhadap larangannya adalah termasuk sikap tak acuh terhadapnya.

Berpaling darinya (Al Qur`an) kepada selainnya baik berupa sya’ir atau ucapan, lagu, permainan, perkataan atau cara-cara yang diambil dari selainnya adalah termasuk sikap tak acuh terhadapnya.

Maka kita meminta pada Allah Yang Maha Mulia, Sang Pemberi Karunia dan Yang Maha Kuasa atas apa-apa yang dikehendaki-Nya, agar melepaskan kita dari apa-apa yang dimurkai-Nya dan menjadikan kita beramal pada apa-apa yang diridhoi-Nya, seperti menghafal kitab-Nya dan memahaminya serta mengamalkan segala konsekwensinya (tuntutannya) sepanjang malam dan siang, sesuai dengan apa yang dicintai-Nya dan diridhoi-Nya sesungguhnya Dialah yang Maha Mulia dan Maha Pemberi”. (Tafsir Ibnu Kastir 3/217). Amman 28/6/1415 H.

Dan sebelum ini pada (tulisan) berjudul “Al-Ghina` Ash-shufiy dan Anasyid Islamiyah”, Syaikh telah menyebutkan muqaddimah yang bagus bahwasanya tidak ada yang diibadahi kecuali Allah saja dan tidaklah Allah diibadahi (disembah) kecuali dengan apa-apa yang disyariatkan-Nya dan ini adalah konsekwensi dari kecintaan yang dengannya seorang hamba akan mandapatkan (merasakan) manisnya Iman.

Kemudian beliau berkata : “Jika sudah diketahui ini maka saya menganggap wajib bagi saya, bertolak dari sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam :

اَلدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ
“Agama adalah nasihat”.

Untuk mengingatkan orang-orang yang terfitnah dari kalangan saudara-saudara kami kaum muslimin, siapa dan bagaimanapun mereka, (yang terfitnah,-pent.) dengan nyanyian sufi atau apa yang mereka namakan dengan nasyid-nasyid Islamiyah, agar mereka dapat mendengarkan dan menyimak yang berikut ini :

· Bahwasanya nasyid (ghina`) tersebut adalah suatu yang diada-adakan tidak pernah di kenal pada masa-masa yang disaksikan (diakui) kebaikannya.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah : “Bid’ah lebih disukai oleh iblis daripada maksiat, oleh karena itu orang-orang yang menghadiri permainan atau sesuatu yang melalaikan dia (sendiri) tidak menganggapnya (perbuatannya tersebut) sebagai amalan salehnya dan tidak mengharapnya pahala dengannya. Akan tetapi barang siapa yang melakukannya dengan dasar (keyakinan,-red.) bahwasanya itu adalah suatu jalan (untuk bertaqarrub,-pent.) kepada Allah, maka dia akan menjadikannya sebagai agama. Jika dilarang darinya, maka dia akan seperti orang yang dilarang dari agamanya dan memandang bahwa sungguh dia telah terputus (hubungannya,-pent) dari Allah, dan telah diharamkan bagiannya (pahala) dari Allah Ta’ala jika dia tinggalkan.

Maka mereka-mereka ini adalah orang-orang yang sesat dengan kesepakatan ulama kaum muslimin. Dan tidak ada seorangpun dari para A`immah (Imam-Imam) kaum muslimin yang mengatakan bahwa menjadikan hal ini (nasyid-nasyid Islam atau nasyid sufiah) sebagai agama, jalan bertaqarrub kepada Allah adalah suatu mubah (boleh). Bahkan (yang sebenarnya adalah bahwa,-red.) barang siapa yang menjadikan hal ini sebagai agama dan jalan menuju kepada Allah Ta’ala maka dia adalah orang yang sesat dan menyesatkan, orang yang menyelisihi kesepakatan (ijma’) kaum muslimin.

Dan barang siapa yang melihat kepada yang nampak dari suatu amalan lalu membicarakannya (mengomentarinya) dan tidak melihat pada perbuatan pelaku serta niatnya, maka dia adalah orang jahil ……..agama tanpa ilmu”. (Majmu’ Al-Fatawa : 11/621-623).

· Tidak boleh bertaqarrub kepada Allah dengan apa-apa yang tidak disyariatkan-Nya walaupun asal amalan tersebut disyariatkan, seperti adzan untuk shalat Idul Fitri dan Idul Adha.

Ini adalah pada yang asal amalannya disyari’atkan, maka bagaimana pula dengan apa-apa yang diharamkan serta apa-apa yang ada padanya ada penyerupaan terhadap orang-orang Nashara yang Allah berfirman tentang mereka :

الَّذِينَ اتَّخَذُواْ دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا
“Orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurauan”. (QS. Al-A’raf : 51).

Dan tentang orang-orang musyrikin Allah berfirman :

وَمَا كَانَ صَلاَتُهُمْ عِندَ الْبَيْتِ إِلاَّ مُكَاء وَتَصْدِيَةً
“Dan tidaklah sembahan mereka di sekitar Baitullah itu kecuali hanyalah siulan dan tepuk tangan”. (QS. Al-Anfal : 35)

Al-Muka` adalah (berarti) siulan, adapun Tashdiyah berarti tepuk tangan.
Al-Imam Asy-Syafi’iy berkata : “Saya telah tinggalkan di Iraq, sesuatu yang disebut dengan “at-taghbir” yang dibuat-buat oleh Az-Zanadiqah (orang-orang munafik), yang dengannya mereka menghalangi manusia dari Al-Qur`an”.

Imam Ahmad ditanya tentangnya (at-taghbir), maka beliau menjawab : “(Itu adalah) bid’ah”. Dalam satu riwayat beliau (Imam Ahmad) mengingkarinya dan melarang penggunaannya dan beliau berkata : “Jika engkau melihat seseorang dari mereka pada suatu jalan, maka ambilah jalan yang lain”. Diriwayatkan juga oleh Al-Khallal. Adapun tambahan (riwayat terakhir) dari (kitab) Mas`alatus Sama’ karya Ibnul Qoyyim hal. 124.

At-Taghbir : syair yang mengajak untuk zuhud terhadap dunia, dilagukan oleh seorang penyanyi, maka sebahagian yang hadir dan memukul hamparan dari kulit dan bantal mengikuti irama lagunya; hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Qoyyim dan selainnya.

Berkata Ibnu Taimiyah dalam Al-Majmu’ (11/570) :

“Apa yang disebutkan oleh Asy-Syafi’iy bahwa “At-taghbir” tersebut merupakan buatan orang-orang az-zanadiqah (munafiq) maka itu merupakan perkataan seorang Imam yang khabir (ahli lagi berpengalaman) terhadap pokok-pokok agama. Maka sesungguhnya as-sama’ ini pada dasarnya tidak pernah dianjurkan dan didakwahkan kecuali oleh orang yang tertuding (dicurigai) sebagai orang-orang zindiq (munafiq) seperti Ibnu Ar-Rawandy, Al-Faraby, Ibnu Sina dan semisalnya, sebagaimana yang disebutkan oleh Abu Abdirahman As-Sulamy dalam “Mas`alatis Sama”.”

Dan Syaikhul Islam juga berkata :

“Dan telah diketahui dengan pasti dan jelas dalam agama Islam bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mensyariatkan bagi umatnya yang shaleh dan ahli ibadah dan orang-orang yang zuhud untuk berkumpul guna mendengarkan bait-bait yang dilagukan dan diiringi tepuk tangan atau tabuhan gendang atau duf, sebagaimana halnya Rasulullah tidak membolehkan pada seorangpun untuk keluar dari mutaba’ah (pengikutan) kepada beliau dan mengikuti apa-apa yang ada dalam Al-Qur`an dan hikmah (Hadits Rasulullah,-pent.), baik itu perkara yang bathin (yang tidak nampak) maupun yang nampak, baik bagi orang yang awam maupun orang khusus (tidak boleh sama sekali untuk keluar dari mengikuti Rasulullah,-pent.)”.

Kemudian (Syaikhul Islam) berkata :

“Dan barang siapa yang memiliki khibrah (pengetahuan yang dalam) terhadap hakekat-hakekat agama dan keadaan-keadaan hati, pengenalan-pengenalan, perasaan-perasaan dan kecintannya, maka dia akan tahu bahwa mendengarkan siulan dan tepuk tangan tidak akan memberikan manfaat maupun kebaikan bagi hati melainkan bahwa di balik itu terkandung mudharat/bahaya dan kerusakan yang lebih besar…..”. (Majmu’ Al-Fatawa 11/537-576).”

Dinukil dari kitab Al-Qaul Al-Mufid fii Hukmil Anasyid karya ‘Ishom ‘Abdul Mun’im Al-Murry.

dialih bahasakan oleh: Tim redaksi Majalah An-nashihah

http://an-nashihah.com/index.php?mod=article&cat=Fatwa&article=38

http://darussalaf.org/index.php?name=News&file=article&sid=979

DIarsipkan di bawah: Fatwa Ulama

http://assalafi.wordpress.com/2007/11/27/fatwa-syaikh-al-albany-tentang-nasyid/

Mohon Disebarluaskan dan Amibilah Sikap !!!

Bambang Aji Setianegara 08 Januari jam 15:06
Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuhu

Tadi pagi saya liat blog yang benar2 gak pantas untuk dibaca (berisi pelecehan terhadap agama Islam)
mari kita berantas blog itu dengan melaporkan'a.
caranya:

pertama buka alamat http://en.wordpress.com/report-spam/

trus isi data2 yang diperlukan.

Your Email : email antum

Blog URL : isi dengan " http://beritamuslim.wordpress.com/ " (blog yang mau di berantas)

Why : isi dengan " BLOG SPAMMING and that blog was insulting religion islam. "[/quote]

semakin banyak yang melapor semakin cepat blognya ditutup.
semoga kita terhindar dari hal2 yang bisa melemahkan iman kita dan semoga kita selalu ada dalam ridha dan lindungan-Nya...
Amin

Syukran. Jazakallah khoiran katsira. Allahu Akbar.
dikirim ulang dari grup Kajian Keilmuan bagi Aktivis dakwah
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuhu
Report Spam — WordPress.com
en.wordpress.com
If you’ve come across a blog on WordPress.com you believe is spam or spammy, please report it here. Don’t use this form asking for an empty or stale blog or to have your blog deleted.
Share
Report Spam — WordPress.com
en.wordpress.com
If you’ve come across a blog on WordPress.com you believe is spam or spammy, please report it here. Don’t use this form asking for an empty or stale blog or to have your blog deleted.

Fw: Ayo laporkan blog penghina islam ini

Assalamualaykum...

Ayo laporkan blog penghina islam ini : http://beritamuslim.wordpress.com/

(Alasan Tulis dalam bahasa Inggris. Atau tulis “Content is obscene and
defamation cause religious and racial hatred”) (“Konten adalah tidak
senonoh dan menyebabkan pencemaran nama agama dan r...as kebencian”)
ke
alamat : http://wordpress.com/report-spam/

Tolong disebarkan ke saudara2 yg lain, utk melaporkan blog ini..

Salam ukhuwah..
-------
Muhamad Ilyas
muhamadilyas.wordpress.com

Kamis, 07 Januari 2010

HIJAB DIRI PALING DAHSYAT

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyibak hijab, terutama bagi setiap orang yang berjalan menuju Allah (salik). Sebab ketika seseorang tidak mampu menyibak hijab, berarti selama itu pula dia tidak bisa lepas dari jeratan syirik, baik syirik jali (nyata) maupun syirik khafi (tersembunyi).

Syarat utama untuk berjumpa dengan Allah tidak boleh syirik sama sekali, teristimewa dalam menjalankan ibadah. Perjuangan yang harus terus dilakukan ialah mencari cara agar mampu menyibak hijab itu sendiri.

Sebagaimana diketahui, yang selalu mengajak orang berpaling dari Allah adalah nafsu yang ada di dalam diri, terutama nafsu ammarah, lawwamah dan sawwiyah.

Nafsu, meski di satu sisi berfungsi menggairahkan hidup, namun jika tidak dikendalikan dan tidak dikembalikan kepada Allah, dapat menyeret seseorang pada tipu daya kehidupan dunia. Nafsu dapat membuat batin terombang-ambing, karena desakan beragam peristiwa, keadaan, keinginan dan ambisi.

Dalam situasi demikian, pandangan seseorang akan mudah terhijab (terdindingi) dan berpaling kepada selain Allah. Untuk itu dibutuhkan kemampuan mengendalikan nafsu agar tidak terhalang dalam memandang Allah.

Karena ketika nafsu tidak mampu dikendalikan, maka nafsu tersebut akan menguasai diri sepenuhnya, bahkan dapat menjadi tuhan selain Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya: "Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan
tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (Al Jaatsiyah: 23).

Pada saat nafsu telah menguasai diri, itu pertanda hijab
telah menutupi pandangan hati, juga tidak menutup kemungkinan akan merambah ke pendengaran, penglihatan dan akal. Pada akhirnya, penglihatan tidak mampu menyaksikan keindahan sifat Allah, pendengaran tidak mampu merasakan dahsyatnya ayat-ayat Allah dan akalnya tidak mampu menerima percikan cahaya Ilahi.

Itu semua adalah tanda dari orang yang sedang disesatkan Allah. "Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikan-Nya berada di atas jalan yang lurus" (Al An'aam: 39).

Salah satu cara untuk menyingkap hijab adalah dengan jalan
mengendalikan nafsu dan mematikannya. Dalam hadis Nabi saw. menganjurkan: >i?"Matikan nafsumu sebelum kamu mati." (tertera pada Kitab Addurun Nafis).

Orang yang sudah mampu mengendalikan hawa nafsunya, akan memiliki pandangan yang jernih dalam menatap Wujudul Haq (wujud Allah). Diumpamakan bagai telaga yang airnya jernih, tampak jelas keindahan semua isinya.

Sebaliknya, telaga yang airnya kotor tidak terlihat apapun, kecuali hanya kekeruhan. Orang yang dapat menahan diri dari keinginan hawa nafsunya dan takut Tuhannya, akan memetik keindahan syurga.

"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurga sebagai tempatnya." (An Naajiyat: 40).

Orang-orang seperti itulah yang akan dapat menikmati keindahan syurga, yaitu terbukanya tirai Ilahi. Barangsiapa rindu berjumpa dengan Allah, hendaklah menahan diri dari mengikuti hawa nafsu. Berbahagialah orang-orang yang telah membersihkan jiwanya dari keterikatan hawa nafsu.

"Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri, dan mengingat nama Tuhannya lalu senantiasa berhubungan (memandang Allah)." (Al 'Ala: 14-15).

Prasangka
Hijab paling dahsyat ialah zhan (baca: zon atau prasangka). Disusul hijab "rasa" yang sangat berbahaya dan bisa meruntuhkan benteng keyakinan. Semua itu adalah hijab dalam memandang wujud Allah.

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan sangka-sangka, karena sebagian dari sangka-sangka itu dosa." (Al Hujaraat: 13).

Apa yang telah menjadi prasangka kebanyakan orang tentang adanya sesuatu selain Allah, sesungguhnya jauh dari kebenaran. Karena prasangka tersebut, hanya sebuah pandangan atau sebatas persepsi yang sudah melekat erat sesuai alur kehidupan.

"Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran. (An Najm:28).

Karenanya, singkirkan segala prasangka dari dalam hati dan pikiran, dengan cara syuhud. Yakni memandang ke-esa-an wujud Allah melalui basyiratul qalbi (mata hati).

Penyibak hijab
Pengertian syuhud sebagai basyiratul qalbi (pandangan mata hati) seperti kaidah yang tertera dalam kitab Addurun Nafis: SYUHUUDUL KATSRAH FILWAHDAH, SYUHUUDUL WAHDAH FILKATSRAH "Pandang yang banyak pada yang satu dan pandang yang satu pada yang banyak". Sampai menemukan keyakinan dan pandangan yang benar, andai diungkapkan dalam
bentuk kata-kata, maka lahirlah:

"Tidak aku melihat sesuatu, melainkan aku melihat Allah padanya, tidak aku melihat sesuatu melainkan aku melihat Allah sertanya, tidak aku melihat sesuatu melainkan aku melihat Allah sebelumnya, tidak aku melihat sesuatu melainkan aku melihat Allah sesudahnya". Itulah kunci-kunci penyibak hijab.

Kunci-kunci tersebut harus dipraktekkan dengan landasan pemahaman tentang tauhidul af'al, tauhidul asma, tauhidus sifat dan tauhidu dzat (esa perbuatan, nama, sifat dan zat Allah). Inilah yang menjadi tonggak keyakinan, untuk memandang setiap kejadian di alam semesta pada hakikatnya perbuatan Allah, setiap nama hakikatnya nama Allah, setiap sifat hakikatnya sifat Allah dan setiap zat hakikatnya adalah zat Allah.

Bila semua perbuatan, nama, sifat dan zat telah disandarkan kepada Allah, maka akan membuahkan sikap terpuji yang disebut akhlakul karimah. Selanjutnya orang tersebut akan memiliki sikap tegar dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan.

Sebagaimana terlukis pada kehidupan Rasulullah saw. Beliau memiliki sifat sabar, ikhlas, tawadhu (rendah hati) dan sifat terpuji lainnya. Akhlak tersebut tidak dipaksakan, tetapi muncul apa adanya sebagai refleksi syuhud.

Acuan syuhud adalah kalimat laailaha illallah (tidak ada tuhan selain Allah), yang berlanjut pada makna: Tidak ada sesuatu apapun selain Allah. Rasulullah saw. bersabda: "Kunci syurga itu laailaha illallah".

Disebut kunci syurga, karena syurga bagi orang yang sedang menuju Allah dipahami sebagai syurga dalam arti ma'rifah. Seseorang tidak akan ma'rifah tanpa membuka kuncinya. Kunci itu adalah mengamalkan kalimat laailaha illallah sampai menemukan hakikat fana.

"Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan" (Ar Rahmaan: 26-27).

Tatkala sampai pada derajat fana, maka tersibaklah tirai yang menghalangi dalam memandang Allah. Fana ini pun sebagai kunci pembuka tirai ilahi.

Namun perlu digaris bawahi di sini, syuhud bukanlah wacana akal dan bukan pula perdebatan lisan, tapi Syuhud ada dalam rasa. Bagaimana rasa kehambaan sirna dalam rasa-Nya, tentunya rasa dalam arti esa. Demikian syuhud bagi para arifin billah. Tapi syuhud bagi salikin, dengan sarana ilmu tauhid untuk memandang kepada-Nya, hingga tertanam
'ilmal yaqin (keyakinan ilmu).

Syuhud juga dilakukan dengan menggunakan syua'ul basyirah
(penglihatan akal) dan ainul basyirah (penglihatan ilmu). Kemudian mengaplikasikan ilmu itu ke dalam kehidupannya, seiring zikir yang istiqomah.

Sehingga muncul inner power atau kekuatan dari dalam diri yang dapat memicu semangat berjalan menuju kepada-Nya. Akhirnya dengan pengamalan syuhud yang benar akan runtuh segala prasangka dan tersingkaplah seluruh hijab.

Menghadirkan Allah
Membiasakan syuhud sekaligus diiringi zikir, ibadah, dan thariqah (tarikat) itu harus dilakukan dengan
bimbingan seorang mursyid, yakni seorang pembimbing yang waliyan mursyidan, waratsatul anbiya (pembimbing yang bijak dan benar-benar sebagai pewaris nabi).

Untuk bisa mengamalkan syuhud dengan baik dan benar perlu diiringi dengan zikir. Baik dengan zikir lisan, zikir aqli (akal), zikir qalbi (hati) maupun zikir sirri (rahasia). Juga diperlukan upaya yangsungguh-sungguh agar Allah selalu hadir (hudhurullah) di dalam hati, sehingga secara perlahan-lahan akan selalu memandang Allah. Bahkan yang ada dan yang dipandang hanya keelokan dan keagungan wujud Allah.

Hudhurullah adalah membalik kesadaran hamba menjadi kesadaran robbaniyah (ketuhanan). Apabila pandangan hamba menghadap kepada Allah niscaya hilanglah mahluk dan yang tampak adalah wujud-Nya.

Sebaliknya apabila pandangan hamba menghadap kepada mahluk, niscaya hilanglah Allah. Dua pandangan tersebut tidak dapat berjalan secara bersamaan.

Untuk memahami hal tersebut harus mengerti istilah "nafi itsbat" dalam kalimat Laailaaha illallah. Lafaz laa adalah nafi, artinya meniadakan. Sedangkan lafaz Ilaaha sebagai manfi, artinya yang ditiadakan. Adapun itsbat-nya adalah lafaz Illa, artinya kecuali. Dan mutsbit-nya adalah Allah. Lafaz Ilaha berarti sesuatu yang dimaknai Tuhan. Sesuatu yang menjadi tuhan, meliputi segala yang dicintai dan
disayangi hingga membatu dan berubah jadi berhala dalam hati.

Karena itu, dalam kalimat nafi istbat yang harus dinafikan adalah pandangan kepada makhluk. Sebab selama memandang makhluk, tidak mungkin dapat memandang Allah dan untuk dapat memandang Allah, harus fana kemakhlukannya.

Allah dan makhluk tidak dapat disatukan juga tak bisa dipisahkan, masalah ini bagaikan keberadaan malam dengan siang. "Semua yang ada di bumi itu binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan" (Ar Rahmaan: 26-27).

Menunggu Warid
Untuk menyibak hijab, seseorang tidak bisa mengandalkan kekuatan dan kemampuan dirinya, melainkan semata-mata dengan kekuatan dan anugerah Allah. Banyak orang yang terhijab dalam memandang Allah, karena belum mendapatkan warid (anugerah) dari Allah. Namun kehadiran anugerah
Allah tidak bisa didikte oleh kehendak hamba, melainkan semata-mata karena kehendak-Nya.

Seseorang yang berharap dan menunggu anugerah Allah, seyogianya melakukan kaifiat (tata cara) riyadhah dan mujahadah (ibadah dan berjuang) untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Karena itu, apapun usaha yang dilakukan seseorang untuk menyingkap hijab dengan mengamalkan zikir, mengendalikan nafsu, melaksanakan qiyamul lail (sholat malam) dan melakukan riyadhah mujahadah, semua itu tidak lepas dari minnah atau anugerah Allah.

Sehingga semua amal ibadah yang dilakukan tetap dikembalikan kepada Allah. Sebaliknya, apabila amal ibadah tersebut disandarkan pada dirinya sendiri, malah menambah hijab.

Maka apa pun yang dilakukan, hendaklah dipandang bahwa semua itu adalah warid (anugerah) dari Allah. Perlu dipertegas di sini, bahwa anugerah Allah tidak dapat
dicari dengan usaha apapun, melainkan hanya bersandar kepada Allah semata.

`Tersingkapnya hijab bagi hamba dalam memandang Allah, karena telah mendapatkan percikan anwar ilahiyah (cahaya Allah). Ketika seseorang telah mendapatkan warid, maka hatinya senantiasa lega dan lapang dalam menghadapi apapun, termasuk sesuatu yang tidak sesuai dengan nafsunya.


Bimbingan Syekh Mursid
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk menyibak hijab, yang paling utama adalah kemampuan mengendalikan nafsu, nafsu yang selalu mengajak ingkar kepada Allah, nafsu yang membenamkan seseorang pada kenikmatan hidup secara syahwati, nafsu yang memalingkan pandangan
seseorang pada selain Allah.

Disamping itu, juga harus menghilangkan prasangka. Karena prasangka yang muncul dari akal pikiran, biasanya telah tercampur dengan adat kebiasaan yang berlaku di seputar kehidupannya.

Jika ingin menghilangkan prasangka tentang adanya sesuatu selain Allah, maka harus bisa menerapkan syuhud dengan benar. Tidak ada jalan lain, kecuali dengan sungguh-sungguh mempelajari dan memahami ilmu tauhid yang mukasyafah (terbuka).

Untuk mempelajari ilmu tauhid yang benar, harus mendapat bimbingan dari seorang mursyid, yaitu seorang pembimbing spiritual yang memiliki "mandat ruhaniah" untuk membimbing salikin menuju kepada-Nya. Adalah merupakan anugerah besar bagi seseorang yang telah dipertemukan dengan seorang pembimbing yang demikian, karena hanya dengan petunjuk dan anugerah dari Allah sajalah seseorang bisa dipertemukan dengan mursyid.

Dalam Al Qur'an telah diisyaratkan bahwa bagi orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah maka akan dipertemukan dengan seorang guru yang mampu membimbing dalam wilayah ruhaniah, yaitu yang disebut Syekh Mursyid yang kamil mukamil (sempurna).

"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang wali yang dapat memberi petunjuk kepadanya." (Al Kahfi: 17).

Yang dimaksud wali dalam ayat di atas ialah pemimpin spiritual. Pemimpin tersebut adalah orang yang telah mencapai puncak spritual, mereka itulah yang dikenal dengan gelar Waliyullah atau Arifin billah. Para Waliyullah inilah yang memiliki mandat ruhaniah untuk menjadi mursyid (pembimbing) bagi para penempuh jalan menuju Allah.

Mursyid dalam arti pembimbing bagi orang yang menuju Allah, berbeda dengan ulama yang hanya sebatas memahami ilmu fikih belaka. Juga berbeda dengan para akademisi dan pakar tasawuf yang biasanya hanya sebatas wacana, tidak mengenal apalagi menyelami wilayah ruhaniah yang sesungguhnya.

Dengan memperoleh bimbingan dari seorang syekh mursyid yang kamil mukamil, seorang salik akan terbimbing dalam perjuangan menyibak ribuan hijab yang menghalangi perjalanannya. Ketika hijab kegelapan telah tersingkap, maka cahaya ketuhanan (anwarul Ilahiyah) akan menerobos menerangi hati. Dan nyatalah rahasia-rahasia ketuhanan
melalui penglihatan mata hati (bashiratul qalb).

Wallahu Alam Bisshawwab...
Jangan bersedih! hiburlah hati dengan mengatakan, bahwa engkau adalah orang yg beriman. Itu sebuah kekayaan yg luar biasa. Sesungguhnya semua manusia di dunia ini fakir dihadapan Allah..Mereka butuh selalu kepada Allah....
Engkau tidak akan mencapai kebebasan sejati selama masih ada sisa2 duniawi dalam hakekat ubudiyahmu[Syekh Al-Junaid al Bagdadi]

Kebebasan berarti sang hamba bebas dari belenggu sesama makhluk; bahwa kekuasaan makhluk tidak berlaku atas dirinya. Kebebasan yg benar, tandanya adalah tersingkirnya bentuk pembedaan dalam jiwanya, sehingga seluruh fenomena duniawi sama di hadapannya [al Qusyairi]
Nabi Saw bersabda "Setiap orang yg membaca, La Ilaha Illallah 100 x, pada Hari Kiamat nanti, dia dibangkitkan dengan muka berseri seperti bulan purnama. Hanya amal yg serupa atau lebih banyak yg dapat menandingi amal itu (HR. ath-Thabrani)

"Ada 2 kalimat yg sangat ringan di lidah, tetapi sangat berat ketika ditimbang, serta sangat dicintai Allah, yaitu, Subhahallah Wabihamdih Subhanallahil-Azhim (HR. al Bukhari)
Nabi Saw: “Maukah kuceritakan kepadamu tentang amalmu terbaik dan paling bersih dalam pandangan Allah swt, serta orang yang tertinggi derajatnya di antaramu, yang lebih baik dari menyedekahkan emas dan perak serta memerangi musuh-musuhmu dan memotong leher mereka, dan mereka juga memotong lehermu?” Para sahabat bertanya, “Apakah itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Dzikir kepada Allah swt.” (H.r. Baihaqi).
"Katakanlah (wahai Muhammad): Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum (ditulis) kalimat kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (Q.s. al Kahfi: 109).

“Andaikan kalian bersyukur maka akan Aku tambah (rahmat Ku)." (Q.s. Ibrahim: 7)
Allah Maha Lembut terhadap
hamba-hamba-Nya. Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta
pada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.Allah : nama yang paling bagus,
susunan huruf yang paling indah, ungkapan yang paling tulus, dan kata
yang sangat berharga, Apakah kamu tahu ada seseorang yang sama dengan
Dia (yang patut disembah)?.

Allah : milik-Nya semua
kekayaan, keabadian, kekuatan, pertolongan, kemuliaan, kemampuan, dan
hikmah ; Milik siapakah kerajaan pada hari ini ? melainkan hanya Milik
Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.

Allah : dari-Nya semua kasih
sayang, perhatian, pertolongan, bantuan, cinta dan kebaikan, Dan apa
saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah datangnya.Allah : Pemilik segala Keagungan, Kemuliaan, Kekuatan dan Keperkasaan.
Seruan dan Peringatan Allah Ta'ala
1. Rasulullah Saw
bersabda bahwa Allah 'Azza wajalla berfirman, "Anak Adam mendustakan Aku padahal
tidak seharusnya dia berbuat demikian. Dia mencaci Aku padahal tidak seharusnya
demikian. Adapun mendustakan Aku adalah dengan ucapannya bahwa "Allah tidak akan
menghidupkan aku kembali sebagaimana menciptakan aku pada permulaan". Ketahuilah
bahwa tiada ciptaan (makhluk) pertama lebih mudah bagiku daripada mengulangi
ciptaan. Adapun caci-makinya terhadap Aku ialah dengan berkata, "Allah mempunyai
anak". Padahal Aku Maha Esa yang bergantung kepada-Ku segala sesuatu. Aku tiada
beranak dan tiada pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun setara dengan Aku."
(HR. Bukhari)

2. Dalam hadits Qudsi
dijelaskan bahwa Allah Ta'ala berfirman: "Hai anak Adam, kamu tidak adil
terhadap-Ku. Aku mengasihimu dengan kenikmatan-kenikmatan tetapi kamu membenciKu
dengan berbuat maksiat-maksiat. Kebajikan kuturunkan kepadamu dan
kejahatan-kejahatanmu naik kepada-Ku. Selamanya malaikat yang mulia datang
melapor tentang kamu tiap siang dan malam dengan amal-amalmu yang buruk. Tetapi
hai anak Adam, jika kamu mendengar perilakumu dari orang lain dan kamu tidak
tahu siapa yang disifatkan pasti kamu akan cepat membencinya." (Ar-Rafii dan
Ar-Rabii').

3. Anak Adam mengganggu Aku, mencaci-maki jaman (masa), dan Akulah jaman. Aku
yang menggilirkan malam dan siang. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Allah Ta'ala berfirman (dalam hadits Qudsi) : "Kebesaran (kesombongan atau
kecongkakan) pakaianKu dan keagungan adalah sarungKu. Barangsiapa merampas salah
satu (dari keduanya) Aku lempar dia ke neraka (jahanam)." (HR. Abu Dawud)
5. Berbaik sangka
terhadap Allah termasuk ibadah yang baik. (HR. Abu Dawud)

6. Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barangsiapa
memperhitungkannya dia masuk surga. (Artinya, mengenalnya dan melaksanakan
hak-hak nama-nama itu). ( HR. Bukhari)

7. Allah 'Azza wajalla berfirman (hadits Qudsi): "Hai anak Adam, Aku menyuruhmu
tetapi kamu berpaling, dan Aku melarangmu tetapi kamu tidak mengindahkan, dan
Aku menutup-nutupi (kesalahan-kesalahan)mu tetapi kamu tambah berani, dan Aku
membiarkanmu dan kamu tidak mempedulikan Aku. Wahai orang yang esok hari bila
diseru oleh manusia akan menyambutnya, dan bila diseru oleh Yang Maha Besar
(Allah) dia berpaling dan mengesampingkan, ketahuilah, apabila kamu minta Aku
memberimu, jika kamu berdoa kepada-Ku Aku kabulkan, dan apabila kamu sakit Aku
sembuhkan, dan jika kamu berserah diri Aku memberimu rezeki, dan jika kamu
mendatangiKu Aku menerimamu, dan bila kamu bertaubat Aku ampuni (dosa-dosa)mu,
dan Aku Maha Penerima Taubat dan Maha Pengasih." (HR. Tirmidzi dan Al Hakim)
Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia...
Allah SWT tahu betapa keras engkau sudah berusaha.
Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih...
Allah SWT sudah menghitung air matamu.

Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berlalu begitu saja...
Allah SWT sedang menunggu bersama denganmu.

Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk menelepon.
Allah SWT selalu berada disampingmu.

Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi...
Allah SWT punya jawabannya.

Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa tertekan...
Allah SWT dapat menenangkanmu.

Jika tiba - tiba kau dapat melihat jejak - jejak harapan...
Allah SWT sedang berbisik kepadamu.

Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa tertekan...
Allah SWT dapat menenangkanmu.

Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi...
Allah SWT sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.

Ingat bahwa dimanapun kau atau kemanapun kau menghadap...
ALLAH SWT TAHU