Kamis, 07 Januari 2010

BERSYUKURLAH ....

Bersyukur artinya seseorang memuji Allah yang telah memberikan kenikmatan kepadanya. Baik berupa kenikmatan jasmani seperti harta benda, kesehatan, keamanan, anak, istri dan lain sebagainya. Atau yang berupa kenikmatan rohani seperti iman, islam, petunjuk, ilmu yang bermanfaat, rasa senang, lapang dada, hati yang tenang dan lain sebagainya.

Semua kenikmatan yang banyak itu wajib untuk disyukuri oleh setiap orang yang beriman karena kesemuanya itu datang dari Allah yang tidak membutuhkan sesuatu dari manusia, akan tetapi justru manusialah yang membutuhkan Allah. Jadi, alangkah bodoh dan tidak tahu diri apabila ada orang yang tidak mau bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya.
Nikmat Allah itu sangat banyak, saking banyaknya maka tidak ada orang yang bisa menghitungnya, sebagaimana firman Allah:

وَإِنْ تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا

“Apabila kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan bisa menghitungnya”. (QS. An Nahl : 18)

Bersyukur merupakan kewajiban bagi setiap hamba yang beriman, sebagaimana firman Allah :

فاذْكُرُوْنِيْ أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْنِيْ وَلاَ تَكْفُرُوْنِ

“Ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku akan ingat kepadamu, bersyukurlah kepadaKu dan jangan kamu kufur (ingkar)”. (QS. Al Baqarah : 152)

Orang yang beriman diharuskan menyebut-nyebut nikmat Allah yang telah dia dapatkan, karena menyebut-nyebut nikmat Allah termasuk ungkapan rasa syukur kepadaNya, firman Allah :

فأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبّكَ فَحَدّثْ

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu
menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”. (QS. Adh Dhuha : 11)

Orang yang bersyukur kepada Allah akan mendapatkan banyak faedah dan manfaat, diantaranya :

1. Mendapatkan tambahan nikmat dari Allah, firman Allah :

لإنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيْدَنَّكُمْ وَلإنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, maka pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu”. (QS. Ibrahim : 7)

2. Tidak akan disiksa oleh Allah, firman Allah :

وَمَا يَفْعَلُ اللهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَ آمَنْتُمْ

“Tidaklah Allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman”. (QS. An Nisaa’ : 147)

3. Mendapatkan pahala yang besar, firman Allah :

وَسَيَجْزِ اللهُ الشَاكِرِيْنَ

“Dan Allah akan memberi ganjaran pahala bagi orang-orang yang bersyukur ”. (QS. Ali ‘Imran : 144)

Untuk mewujudkan rasa syukur kepada Allah maka ada 3 cara yang harus ditempuh oleh seorang hamba :

a. Dengan hati.

Seorang hamba mengetahui dan mengakui bahwa semua kenikmatan yang ada itu adalah datangnya dari Allah. Tidak boleh sedikit pun merasa bahwa apabila mendapatkan suatu kenikmatan atau keberhasilan itu datangnya dari dirinya sendiri atau karena ilmu yang dimilikinya.
Lihatlah akhir hayat Qarun yang dihinakan dan dibinasakan oleh Allah karena kesombongannya. Ia berkata:

إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي

Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". (QS. Al- Qashash: 78)

b. Dengan lisan

Lisan seorang yang beriman selalu mengucapkan puji syukur kepada Allah setiap kali mendapatkan suatu kenikmatan, baik dengan ucapan الحمد لله رب العالمين = Alhamdulillah Rabbil’aalamiin atau mengucapan doa yang mengandung arti puji syukur kepadaNya, seperti ucapan Nabi Sulaiman 'alaihis salaam:

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ

َّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ


"Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh". (QS. An-Naml: 19)

c. Dengan anggota badan.

Kenikmatan yang dirasakan oleh orang yang beriman, akan dijadikan sebagai pendorong baginya untuk lebih banyak dan bersemangat di dalam beribadah kepada Allah. Sehingga semakin banyak kenikmatan yang diperolehnya, maka semakin meningkat pula ibadahnya kepada Allah.

Agar seseorang itu bisa menjadi hamba yang bersyukur maka hendaknya dia melihat kepada orang yang berada di bawahnya, yaitu dalam hal harta benda dan jasmani (bentuk badan). Adapun dalam hal ketaatan dan ibadah, maka hendaknya melihat orang yang berada di atasnya.

Sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam:

انْظُرُوْا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ

فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ


“Lihatlah kepada yang di bawahmu, dan janganlah memandang kepada yang di atasmu. Sebab yang demikian itu lebih layak bagimu untuk tidak meremehkan nikmat-Nya kepadamu.” [HR. Muslim IV/2275/2963.]

إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِي الْمَالِ وَالْخَلْقِ

فلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أسْفَل مِنْهُ مِمَّنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ


“Jika salah seorang dari kalian memandang orang lain yang diberi kelebihan dalam harta, fisik, anak-anak dan pengikut dibandingkan dirinya, maka hendaklah ia memandang orang lain yang kondisinya lebih rendah dari dirinya.” [HR. al-Bukhāri V/2380/6125.]

WALLAAHU A’LAMU BISH SHOWAAB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar