Kamis, 07 Januari 2010

SINERGI, MENYATUKAN ENERGI DALAM MENDIDIK

Oleh : Gus Setyono

Guru dan orang tua adalah dua petani ilmu yang berbeda lahan persemaian, yakni sekolah dan keluarga. Mereka perlu bersinergi, karena sama-sama bertanggungjawab terhadap keberhasilan pendidikan dan masa depan para generasi bangsa.

Sinergi dalam konteks mendidik dapat diartikan suatu bentuk kerjasama yang harmonis untuk menanam benih-benih pengetahuan. Kerja sama tersebut dijabarkan dalam program-program realistis yang dapat diimplementasikan secara kontinyu, dengan gerak yang sinkron, serta konsisten.

Sinergi dibutuhkan untuk menghindari sikap saling menyalahkan saat menemui kenyataan bahwa banyak kerikil tajam yang menghambat proses pendidikan. Sekolah tidak boleh melemparkan kesalahan begitu melihat kurangnya dasar-dasar pengetahuan yang dibangun oleh keluarga. Orang tua juga dilarang menyudutkan pihak sekolah, ketika menyaksikan kepandaian anak tidak sesuai dengan yang diharapakan. Bagaimanapun, seperti telah diyakinkan oleh Mochtar Buchori (2006), pendidikan akan lebih menemui kesempurnaan bila dilaksanakan oleh sekolah dan keluarga.

Namun dalam prakteknya sering dijumpai ketidakharmonisan antar pendidik. Mereka tidak menyadari bahwa harmonisasi akan menyatukan energi sehingga menciptakan tenaga dan spirit yang lebih besar dalam mendidik. Kenyataan ini merupakan ekses dari beberapa faktor seperti : perbedaan pemahaman tentang cara mendidik, beda paham tentang suatu pengetahuan serta kesen- jangan kemampuan antar pendidik.

Misalnya dalam memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai. Dari perspektif cara menga- jar, guru berpandangan bahwa nilai-nilai (termasuk religius) tidak ada bedanya dengan ilmu lain, yang tuntas diberikan pada tahap aktivitas belajar di kelas. Sedangkan pada pengertian orang tua, nilai-nilai merupakan sikap atau sifat yang mesti diterapkan dalam perilaku sehari-hari.

Keduanya bisa benar bisa salah. Prestasi pendidikan nilai memang dapat diukur dari sebera- pa besar anak mampu melaksanakan nilai-nilai dalam kehidupannya. Namun bila pelaksanaan nilai tersebut tanpa didasari dengan teori keilmuan, maka pemahaman anak tentang nilai sebatas kulit luar- nya. Anak tidak tahu apa arti dan mengapa nilai tersebut perlu diterapkan.

Pada kasus lain, akibat guru yang kurang mengikuti perkembangan didaktika, dia menerap- kan standard mendidik sama seperti masa kecilnya. Sementara orang tua ada yang justru telah mengetahui bagaimana metode pendidikan modern dan motivasi yang dapat mengembangkan potensi anak secara maksimal. Akibatnya, saat orang tua berusaha membangun karakter, menggali potensi dan kepercayaan diri, ada guru yang malah merusaknya dengan berbagai sikap atau perkataan yang melemahkan dan menyinggung harga diri si anak, atau tanpa disadari menciptakan suasana belajar-mengajar di sekolah menjadi sangat membosankan.

Sebaliknya, ada juga kejadian dimana saat guru berusaha menanamkan nilai kasih sayang, di rumah anak menemui suasana keluarga yang berantakan, sama sekali berbeda dengan yang telah diterima di sekolah.

Pada situasi lain, guru berusaha memacu pengetahuan akademik. Sementara itu, karena ba- nyak orang tua yang kurang memiliki pengetahuan akademik maka keinginan anak untuk belajar di rumah dengan bimbingan orang tuanya tidak terlunasi.

Akibat cara mendidik yang tidak sinkron, anak tenggelam dalam kebingungan. Mana yang mesti diserap, mana yang benar dan yang salah. Sehingga, saat anak terjerembab di lingkungan dengan perilaku serta budaya yang cenderung negatif akibat laju globalisasi, mereka tidak bisa memutuskan mana yang baik dan yang buruk.

Buah-buah Sinergi

Sinergi sangat penting untuk mencapai persamaan persepsi. Pemahaman yang rancu tentang cara mendidik serta perbedaan pengertian mengenai sebuah pengetahuan bisa diminimalkan. Para generasi bangsa memahami setiap pengetahuan secara mendalam, mendetail dan kompleks.

Sinergi membentuk kesempurnaan pengertian mengenai suatu pengetahuan, bagi para pen- didik sendiri. Mereka bisa saling melengkapi dan mengingatkan bila ada kekurangan. Dengan saling mengingatkan, kesalahan-kesalahan dapat segera diperbaiki supaya tidak berpengaruh buruk bagi perkembangan anak.

Sinergi juga berguna untuk mengetahui sedini mungkin problematika yang mendera anak untuk ditemukan solusinya. Kondisi ini membebaskan anak dari gempuran persoalan yang membata- si gerak perkembangannya. Terapi penyembuhan terhadap persoalan seorang anak membutuhkan kerjasama yang kuat antara guru dengan orang tua, supaya penanganannya tidak berbenturan. Guru dan orang tua perlu saling mendukung dan menguatkan dalam menghadapi problema anak.

Dengan sinergi, keduabelah pihak bertanggung jawab atas keberhasilan pendidikan anak. Mereka sama-sama memiliki persepsi membangun kemampuan dan pribadi anak, dan bukannya saling menjatuhkan.

Sinkron Dan Konsisten

Berbagai cara dapat dilakukan untuk mencapai sinergi yang positif. Bentuk yang paling sederhana dan sering dilakukan adalah pertemuan rutin antara guru dengan orang tua. Pertemuan ini penting dilaksanakan, untuk mencapai kompromi-kompromi dalam mendidik

Bentuk lain dari sinergi ini ialah dengan bertukar informasi mengenai perkembangan anak. Tahap-tahap penyampaian materi pengetahuan juga perlu dikomunikasikan, agar keduanya memberikan porsi atau tingkatan pengetahuan secara berimbang kepada anak.

Yang penting digarisbawahi dalam sinergi ini, selain dikembangkannya koordinasi, juga perlu dibangun suasana harmonis antar pendidik. Diusahakan agar anak dapat melihat bahwa dua sosok yang sangat dihormati memberikan pengertian, pengetahuan dan contoh yang sinkron serta konsisten.

Secara psikologis anak confidence menerima segala informasi dari guru dan orang tuanya. Benturan mental yang mungkin terjadi karena ketidaksinkronan para pendidiknya dapat dihindarkan. Anak terbebas dari konflik batin, kemampuan untuk menganalisa dan memutuskan di antara berbagai pilihan menjadi terasah tajam. Generasi-generasi bangsa tumbuh menjadi pribadi yang sempurna.
***

*Penulis adalah pemerhati bidang pendidikan tinggal di Pati-Jawa Tengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar