Senin, 26 April 2010

TERCELANYA MENGIKUTI HAWA NAFSU

Sebuah petuah dan nasehat merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk menyampaikannya antara satu dengan yang lainnya, suatu bentuk perhatian positif yang dibangun di atas dalil-dalil syar’i bersumber dari Kitabullah dan hadits-hadits Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وذكر فإن الذكرى تنفع المؤمنين

“Dan berilah peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang beriman.” (Adz Dzariyyat: 55)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الدين النصيحة، قلنا لمن ؟ قال لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم.

“Agama ini adalah nasehat, para shahabat berkata: Bagi siapa wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: Bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin, dan kaum muslimin secara keseluruhan.” (HR. Muslim dari shahabat Abu Ruqayyah Tamim Ad-Dary radhiyallahu ‘anhu)

Dan juga dari shahabat Abu Sa’id Al Khudry radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

لا يمنعن رجلا هيبة الناس أن يقول بحق إذا علمه أو شهده أو سمعه

“Tidaklah rasa segan terhadap manusia mencegah seseorang untuk mengatakan suatu kebenaran jika dia mengetahuinya (atau menyaksikannya, atau mendengarkannya).” (As Silsilah As Shahihah no. 168)

Maka berikut ini merupakan kumpulan nasehat singkat tentang suatu penyakit yaitu hawa nafsu, sumber dari berbagai kejelekan yang mengantarkan seseorang kepada kesengsaraan di dunia dan di akhirat, sehingga dengan tulisan yang singkat ini penulis berharap bisa mengobati hati-hati yang mulai rapuh karena virus penyakit ini, menyadarkan kembali jiwa-jiwa yang tertidur lelap di atas ranjang kenikmatan yang semu dan membimbingnya ke jalan-jalan keselamatan menuju keridhaan Allah.

“Hawa nafsu!!”, suatu kata yang sering sekali kita mendengarnya di kehidupan kita. Al Imam Asy Sya’bi rahimahullah berkata: “Sesungguhnya kenapa dinamakan hawa nafsu adalah karena dia menyeret seorang hamba ke dalam an nar”

Banyak sekali celaan dan hinaan bagi para pengikut, penghamba, pengekor hawa nafsu, shahabat yang mulia Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan: “Tidaklah Allah menyebutkan kata hawa di berbagai tempat di dalam Al Qur’an kecuali mencelanya!!!”

Berkata Al Imam Ibnu Rajab rahimahullah: “Yang dikenal di dalam penggunaan kata hawa ketika dimutlakkan adalah kecondongan kepada segala sesuatu yang menyelisihi kebenaran, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

ولا تتبع الهوى فيضلك عن سبيل الله

“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (Shaad: 26)

وأما من خاف مقام ربه ونهى النفس عن الهوى

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya.” (An Naazi’at: 40)

Al Imam Abu Bakr ‘Amr Ibn Abi Ashim Adh Dhahhak bin Makhlad Asy Syaibani rahimahullah di dalam kitab Sunnahnya membuat sebuah bab “Penyebutan hawa yang tercela kita berlindung kepada Allah darinya dan segala sesuatu yang mengundang kemurkaan-Nya“, di dalam bab tersebut terdapat sebuah hadits Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam yang diriwayatkan oleh shahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

يَكُونُ أَقْوَامٌ تَتَجَارَى بِهِمْ تِلْكَ الْأَهْوَاءُ كَمَا يَتَجَارَى الْكَلْبُ بِصَاحِبِهِ فَلاَ يَبْقَى مِنْهُ مَفْصَلٌ إِلاَّ دَخَلَهُ

“Akan ada banyak kaum yang hawa nafsu mengalahkan diri-diri mereka, sebagaimana virus penyakit yang menjangkiti anjing sehingga tidak tersisa dari bagian tubuh (persendian) tersebut kecuali telah dimasuki oleh virus tersebut.” (Kitabus Sunnah no.1, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)

Maka sungguh akibat yang dihasilkan oleh hawa nafsu sangat merugikan di dunia dan di akhirat, di dunia dia terhalang dari kebenaran sebagaimana yang telah dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu: “Dua perkara yang aku takutkan akan menimpa kalian panjang angan-angan dan mengikuti hawa nafsu, karena sesungguhnya panjang angan-angan melupakan kita dari akhirat adapun mengikuti hawa nafsu menghalangi seseorang dari kebenaran.”

Bahkan dengannya bisa menyeret seseorang ke dalam an-nar sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam tentang seorang hakim (pengambil keputusan) ketika di dalam menjalankan tugas dan mengambil keputusan dia dikalahkan oleh hawa nafsunya, Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

القُضَاةُ ثَلاَثَةٌ : قَاضِيَانِ فِي النَّارِ وَقَاضٍ فِي الْجَنَّةِ قَاضٍ قَضَى بِالْهَوَى فَهُوَ فِي النَّارِ وَقَاضٍ قَضَى بِغَيْرِ عِلْمٍ فَهُوَ فِي النَّارِ وَقَاضٍ قَضَى بِالْحَقِّ فَهُوَ فِي الْجَنَّةِ

“Hakim (pengambil keputusan) itu ada 3: 2 berada di an nar dan 1 berada di al jannah, seorang hakim mengambil keputusan dengan menggunakan hawa nafsunya maka dia di an nar, hakim mengambil keputusan tidak didasarkan atas ilmu maka dia di an nar, dan hakim mengambil keputusan dengan kebenaran maka dia di al jannah” (H.R Abu Dawud dan At-Tirmidzy)

Dari sedikit keterangan di atas sudah menunjukkan tentang bahayanya hawa nafsu, Al Imam Bisyr bin Al-Harits rahimahullah mengatakan: “Ketahuilah bahwa seluruh bencana sumbernya adalah hawa nafsu dan obatnya adalah dengan menyelisihinya”.

Maka hanyalah dengan senantiasa bertaqarrub kepada Allah Ta’ala merupakan jalan keselamatan dari jeratan hawa nafsu, serta dengan mengikuti perintah Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam, yang diantaranya dengan membimbing umatnya untuk berdo’a agar terhindar dari jeleknya hawa nafsu:

اللهم جنبني منكرات الأخلاق والأهواء والأدواء

“Ya Allah jauhkanlah hamba-Mu dari jeleknya akhlak, hawa nafsu, dan penyakit.” (H.R Ashabus Sunan, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al Albani)

Wallahu Ta’ala A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar